NUNUKAN – Distribusi Liquefied Pertoleum Gas (LPG) untuk perbatasan RI – Malaysia di dataran tinggi Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, akhirnya kembali dilakukan setelah sempat terhenti selama 3 tahun, atau sejak pandemi Covid-19, di tahun 2020 lalu.
‘’Kalau dulu pengiriman menggunakan jalur udara, diangkut dengan pesawat. Saat ini, pengiriman elpiji Pertamina ke Krayan dilakukan lewat darat, dari Kabupaten Malinau,’’ ujar Kabid Perdagangan, pada Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP), Nunukan, Dior Frames, Sabtu (16/3/2024).
Dior mengatakan, pengiriman perdana elpiiji melalui jalur darat untuk 5 Kecamatan di Krayan, tentu menjadi kabar gembira, karena Indonesia bisa memasukkan produk Bright Gas dengan harga terjangkau yang diharapkan bisa bersaing dengan produk Malaysia di wilayah pelosok negeri.
Harga sementara untuk tabung berwarna pink berkapasitas 12,5 kg tersebut, berkisar antara Rp. 330.000.
‘’Ke Krayan itu barang dikirim melalui jalur sulit, dan harus menunggu jangan hujan biar jalannya bisa dilewati. Di Nunukan, LPG Bright Gas dibanderol sekitar Rp 280.000, beda Rp 50.000, dikarenakan kontur medan itu tadi,’’ ujar Dior lagi.
Dia menegaskan, di Krayan, skema perdagangan lintas batas, membuat produk-produk Malaysia memiliki posisi tersendiri di hati masyarakat.
Sehingga ketersediaan produk Indonesia, menjadi angin segar dan menjadi bukti hadirnya pemerintah.
Selama ini, di Krayan hanya tersedia elpiji Malaysia berkapasitas 14 Kg yang merupakan produk Malaysia, yang dihargai Rp 350.000..
‘’Kita berharap distribusi Bright Gas dari Pertamina terus berlanjut, dan dengan adanya persaingan produk, harga di Krayan bisa ditekan,’’ kata dia.
Butuh 12 jam mengirim Elpiji ke Krayan
Pemilik SPBU Semaring Jaya Sakti, di Long Layu, Krayan Selatan, Rustam, mengatakan, distribusi elpiji dari Malinau ke Krayan menempuh jarak 12 jam.
‘’Perjalanan darat dari Malinau – Krayan, itu kemarin kami tempuh selama 12 jam,’’ kata Rustam, saat dihubungi.
SPBU Semaring Jaya Sakti, memang sejak 2020 menjadi stasiun yang ditunjuk Pertamina untuk mengalokasikan elpiji ke 5 Kecamatan di Krayan, masing masing, Kecamatan Krayan Induk, Kecamatan Krayan Tengah, Kecamatan Krayan Timur, Kecamatan Krayan Barat, dan Kecamatan Krayan Selatan.
Ditarik alat berat dan dipikul menyeberang jembatan gantung
Sedikitnya, ada 100 tabung elpiji 12,5 Kg yang diangkut dengan 4 unit mobil jenis Toyota Hilux 4×4.
Setiap mobil memuat 25 tabung elpji, dan berisi 3 orang untuk memastikan kondisi tabung baik baik saja dan tidak jatuh di jalan, mengingat medan yang cukup sulit.
‘’Yang paling sulit itu di Desa Long Semamu, Malinau, mau masuk wilayah Krayan. Ada jalanan di tebing terjal yang belum tersentuh proyek pembangunan jalan. Di areal tersebut, disiagakan alat berat untuk menarik mobil supaya bisa melanjutkan perjalanan,’’ tuturnya.
Setelah masuk Krayan, mobil akan berhenti sebelum jembatan Binuang. Jembatan gantung dengan panjang hampir 200 meter tersebut, tak bisa dilalui mobil.
Sehingga, elpiji akan diangkut oleh tenaga manusia. Selanjutnya, dilansir ke 4 mobil lain dengan jenis yang sama, yang sudah menunggu di seberang jembatan.
‘’Upah angkut, Rp 15.000 pertabungnya,’’ jelas Rustam.
Dengan kondisi medan yang demikian sulit, lanjut Rustam, logikanya harga elpji di Krayan akan sangat mahal.
Apalagi, jika dikaitkan dengan jarak tempuh dan cuaca yang berpengaruh pada kelayakan jalan.
Dimana daerah yang akan mendapat banderol harga paling mahal adalah Krayan Selatan.
‘’Jaraknya Krayan Selatan dari SPBU sejauh 97 Km dan per Km biaya kirimnya Rp. 4000. Beruntung, seluruh biaya transportasi, sampai alat berat, ditanggung Pertamina, jadi harga jual di Krayan, sementara masih berkisar Rp 320.000/tabung,’’ kata Rustam lagi.
Rustam mengatakan, distribusi elpiji akan terus berlanjut. Pertamina sudah memberi lampu hijau bahwa mereka bisa mendistribusikan 300 tabung per minggu.
Kebijakan tersebut, menimbang di Kecamatan Krayan, ada sekitar 3000 tabung yang tersebar.
‘’100 tabung pada pengiriman perdana, masih sangat jauh dari pemenuhan kebutuhan warga Krayan akan gas elpiji. Sehingga Pertamina memastikan keberlanjutan distribusi elpiji via darat ini,’’ kata dia. (Dzulviqor)
