NUNUKAN – Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Nunukan, Divisi ]enindakan Pelanggaran Pemilu, Tusriadi, berpesan agar para milenial memanfaatkan gadgetnya untuk membantu pengawasan terhadap potensi pelanggaran Pemilu dan gerakan politik uang.
“Politik uang adalah salah satu bentuk suap. Praktik ini memunculkan para pemimpin yang hanya peduli kepentingan pribadi dan golongan, bukan masyarakat yang memilihnya,” ujarya, pada sosialisasi pendidikan politik persiapan Pemilu 2024 di Kecamatan Seimanggaris, Kamis (31/8/2023).
Para pelaku praktik politik uang, nantinya merasa berkewajiban mencari keuntungan dari jabatannya, salah satunya untuk mengembalikan modal yang keluar dalam kampanye.
Dan tidak mustahil, saat menjabat, dia akan melakukan berbagai kecurangan, menerima suap, gratifikasi atau korupsi lainnya dengan berbagai macam bentuk.
Salah satu jenis vote buying yang banyak terjadi dikenal dengan nama “serangan fajar”.
“Hal ini cukup riskan karena politisi kita juga menganggap politik uang adalah sesuatu yang lumrah, mesti dilakukan untuk bisa mengalahkan rivalnya pada pemilihan. Untuk itu masyarakat, terutama pemilih milenial, bantu kami dalam pengawasan,” kata Tusriadi lagi.
Ia menegaskan, pendidikan anti korupsi menjadi penting agar masyarakat dapat menolak serangan fajar.
Dengan penolakan tersebut, harapannya rantai korupsi yang membelenggu negeri ini bisa putus.
Tusriadi menambahkan, masyarakat mesti menyadari bahwa mereka telah mempertaruhkan nasib selama lima tahun dengan menjual suaranya dengan harga yang sangat murah.
“Misalkan menerima amplop berisi Rp. 1 juta untuk memilih orang yang tidak berintegritas. Berarti suara rakyat selama lima tahun hanya dihargai Rp. 16 ribu per bulan, atau Rp 500 perak per harinya,” kata Tusriadi lagi.
Dengan sederet fakta tersebut, Tusriadi berpesan agar masyarakat lebih cerdas memilih, dengan mengedepankan nalar kritis, agar memilih pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.
“Kami berpesan kepada masyarakat, pilihlah pemimpin dan wakil rakyat dari figur-figur yang berintegritas. Masyarakat harus cerdas memilih, jangan terbuai dengan uang dan menggadaikan suara mereka,” kata Tusriadi. (Dzulviqor)