NUNUKAN – Manager Operasional Pelindo Nunukan, Damsi, menyatakan keprihatinannya soal keberadaan pedagang asongan di areal Pelabuhan Internasional Tunon Taka, yang kerap ditertibkan oleh jajarannya.
Damsi mengatakan, penertiban yang dilakukan, semata-mata untuk menerapkan aturan yang berlaku di pelabuhan.
“Namun, aturan tersebut menjadi simalakama, jika dihadapkan pada nasib banyaknya pedagang asongan yang menggantungkan hidup dari kedatangan kapal di pelabuhan Tunon Taka,” ujar Damsi, Jumat, (29/7).
Dia menjelaskan, persoalan pedagang asongan yang berada di areal pelabuhan juga sering menimbulkan pertanyaan ketika ada sidak atau kunjungan dari direksi pelabuhan.
Padahal menurut dia, upaya strelisasi telah dilakukan dengan cara menempatkan petugas pada pintu-pintu masuk pelabuhan.
‘’Mereka tidak melewati pintu masuk pelabuhan, tapi lewat jalur laut, mereka bayar speedboat untuk menuju dermaga yang tidak terjaga petugas,’’ terangnya.
Tentu saja, aksi tersebut sangat berbahaya bagi keselamatan mereka, karena bisa saja mereka jatuh dari dermaga saat dipergoki petugas.
Damsi menegaskan, larangan berjualan di dermaga lebih pada safety, kenyamanan, sterilisasi, dan ketertiban pelabuhan.
“Petugas juga merasa serba salah jika melihat kondisi yang ada, bahkan pernah terjadi salah paham antara petugas dan pengasong, yang akhirnya sampai ke Polisi,” imbuhnya.
Maka dari itu, saat ini Pelindo Nunukan terus berupaya melakukan sosialisasi humanis agar para pedagang dapat menempati lapak yang telah disediakan.
Damsi menuturkan, Pelindo telah menyiapkan sebanyak 20 lapak yang terletak di lantai dua terminal pelabuhan Tunon Taka.
‘’Kalau bicara jumlah pedagang asongan mereka lebih seratus. Kita sudah sediakan lapak di gedung tunggu lantai dua. Tapi memang biayanya sedikit tinggi. satu lapak sewanya Rp 1,8 juta perbulan,’ ’kata Damsi. (Dzulviqor)