Penulis: Neo – G. Orwell
Permasalahan listrik Kabupaten Nunukan dapat diatasi melalui proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Mansapa, 2017 lalu.
Kelistrikan dengan kapasitas 10 Megawatt (MW) itu, diperkirakan mampu mengatasi defisit daya listrik di kota ini.
Namun, harapan dari masyarakat Nunukan terkait pasokan listrik yang layak sepertinya harus kembali bermain di tengah penderitaan gelap gulita ketika ngobrol di kaki lima tanpa pencahayaan lampu.
Jika kita sebagai masyarakat ingin menduga, tentu keseriusan dari pemangku kekuasaan untuk menyelesaikan masalah listrik harus kita pertanyakan.
Permasalahan ini harus terus digaungkan dan biarkan petani, guru, buruh, pedagang nelayan dan apapun profesinya sebagai masyarakat, saling berbisik-bisik mencari siapapun mereka yang bertanggung jawab melanggengkan penderitaan rakyat di kota perbatasan ini.
Kabarkan penderitaan kita pada kerabat di warung kopi, pinggir kota, di jalan ketika pulang jumatan, atau bahkan di meja makan ketika kita sekeluarga menyantap makanan dalam suasana gelap.
Untuk diketahui, lampu gawai juga tidak bisa menyala sebagai pencahayaan alternatif ketika menyantap masakan ibu, listrik padam.
Bayangkan Jika masakan ibu adalah ikan bandeng kesukaan bapak, kemungkinan sekeluarga ketulangan tersangkut duri di tenggorokan karena banyaknya duri ikan bandeng.
Nunukan menggunakan tiga sistem untuk memenuhi kebutuhan listrik, pertama Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Sei Bilal sebesar sembilan MW dan kedua PLTMG Sebaung dengan kapasitas empat MW dan terakhir PLTD Sebatik sebesar tiga MW.
Total dari semua pembangkit listrik di Nunukan sebesar 16 MW dan dengan kapasitas 16 MW ditambah 10 MW proyek mangkrak PLTMG Mansapa menjadi 26 MW.
Dengan kapasitas listrik sebesar 26 MW membuat masyarakat tidak perlu bimbang memikirkan nasi yang tidak sempat matang karena listrik padam saat ada final sepak bola di stadion Sei Bilal.
Pedagang Pasar Malam juga tidak perlu khawatir barang dagangan tidak laku karena pembeli kebingungan memilih barang dalam kondisi gelap.
Begitu juga pengusaha warnet, penjual daging, pedagang buah segar dan bahkan Bupati dan ketua DPRD dapat kerja dengan nyaman karena Air Conditioning (AC) di ruang kerja mereka tetap menyala.
Begitu besar dampak positif listrik untuk menjalankan kegiatan sehari-hari, tapi tidak di Kabupaten Nunukan.
Kondisi listrik terus byarpet dan sepertinya masyarakat Nunukan dilatih berdamai oleh penguasa dengan penderitaan ini.
Fakta bahwa PLTMG Mansapa Mangkrak dengan kapasitas sepuluh MW menyadarkan kita, penguasa tidak serius mengatasi masalah listrik.
Jadi untuk beberapa waktu kedepan, jangan makan malam, listrik selalu padam.
