NUNUKAN – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Nunukan mengkhawatirkan terjadinya learning loss dan generation loss di sektor pendidikan akibat pandemi COVID-19.
Learning loss sendiri adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik dan terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu.
Ketua PGRI Nunukan, Abdul Wahid mengungkapkan kasus ini dipicu oleh belum optimalnya pembelajaran tatap muka dan sebagian masih menerapkan secara virtual.
‘’Hak dasar pendidikan siswa seakan terabaikan, selama ini proses belajar mengajar dilakukan daring, tidak semua bisa terpantau dan banyak murid ataupun pelajar yang slow respon sehingga guru harus setiap hari mengingatkan tugas sekolahnya,’’ kata Abdul Wahid pada Minggu 19/09/2021 kemarin.
Banyak Pelajar Bekerja Rumput Laut
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, para murid yang slow respon sebagian besar bekerja sebagai pengikat rumput laut.
Menurut Wahid persoalan ini butuh perhatian serius, terlebih nilai tinggi yang didapatkan selama belajar daring, ternyata sama sekali tidak mencerminkan kualitas dan kompetensi para siswa.
‘’Ujian kita lakukan untuk anak-anak kelas 1 SD, hasilnya banyak yang menangis tidak bisa mengerjakan soal karena masih banyak dari mereka yang tak bisa menulis ataupun membaca. Padahal nilai di raport mereka selalu tinggi,’’ katanya prihatin.
Lebih jauh, Wahid mengatakan, aktifnya anak-anak usia sekolah bekerja rumput laut, diakui atau tidak, akan membangun mindset seperti orang tuanya.
Sehingga mereka akan berfikir untuk bekerja saja ketimbang bersekolah karena ternyata mudah mendapatkan uang.
‘’Dengan mudah mendapat uang, anak anak bisa membeli apa yang mereka inginkan. Kondisi ini akan menggeser peranan pentingnya pendidikan pada usia seperti mereka. Imbasnya, kita kehilangan generasi emas di masa mendatang,’’ kata Wahid lagi.
Persoalan ini juga sudah disampaikan dalam rapat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Namund, isu yang sangat penting ini belum mendapat tanggapan serius dari instansi yang memiliki kewenangan.
Wahid juga menyayangkan kebijakan di masa pandemi COVID-19 hanya berfokus pada sektor kesehatan tanpa mempertimbangkan dampak di sektor pendidikan.
‘’Ini masih menjadi keprihatinan kami, semoga persoalan ini segera dicarikan solusi. Ancamannya tidak main-main karena ini terjadi dalam jangka panjang,’’ tegasnya. (Dzulviqor)