NUNUKAN – Petani rumput laut, di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mengeluhkan penurunan signifikan harga rumput dalam sepekan terakhir.
Sultan, salah seorang petani, dari Pulau Sebatik, mengatakan, saat ini rumput laut dipatok dengan harga Rp. 9.000 per kilogram, turun dari harga tertinggi sejak awal 2024, Rp. 13.000 per kilogram.
‘’Info yang kami dengar, di pergudangan Makassar itu stok penuh. Eksportir barangnya masih membeludak, sehingga kemungkinan harga akan terus turun,’’ ujarnya, Senin (20/5/2024).
Dengan kondisi seperti ini, para petani terancam akan mengalami kerugian yang tidak sedikit, karena hasil panen tidak mampu menutupi modal.
Sultan berharap, pemerintah dapat mengintervensi harga, jika ingin ekonomi di Nunukan tidak terpuruk.
‘’Apalagi banyak bentangan kami di laut dicuri orang. Tali jangkar pondasi rumput laut dipotong orang. Harga dibawah Rp 10.000, kompor kami susah menyala,’’ keluhnya.
Petani lain, Kamaruddin, asal kampung rumput laut, Mamolo, Nunukan Selatan, juga menyatakan keluhan yang sama.
Namun, karena harus membayar upah buruh pengikat rumput laut, ia memilih bertahan untuk tetap meneruskan usahanya, sembari berharap harga segera naik.
‘’Mau diapa, hanya ini pekerjaan kami. Menanam dan memanen rumput laut. Kami Cuma bisa berharap keadaan ini menjadi perhatian Asosiasi, juga pemerintah daerah. Tapi kalau mau kompak seragamkan harga, saya mau di depan,’’ kata Kama.
Terpisah, Sekretaris Asosiasi Pedagang Rumput Laut (APRL) Nunukan, Kawar, menjelaskan bahwa saat ini para supplier dari Makassar, menaikkan standar mutu dan kualitas.
Pembeli, hanya menerima rumput laut dengan kadar kekeringan, 34 – 35.
‘’Kalau dibawah kadar kering 34 – 35, mereka tolak. Kalau sampai terjadi penolakan, tidak mau beli, cost akan naik,’’ jelasnya.
Para pedagang di Nunukan juga kerap menerima pengembalian barang dengan alasan mutu dan kadar kekeringan.
Jika menjemur ulang rumput laut demi mencapai kadar yang standar, berat rumput laut akan menyusut banyak, sehingga mau tidak mau, para pedagang menurunkan harga.
‘’Penyebab paling utama turunnya harga sampai Rp. 9000 saat ini, bukan tengkulak. Tapi hama lumut hijau halus yang menempel pada tanaman rumput laut. Itu sulit dibersihkan dan buyer tidak mau membeli rumput dengan kondisi begitu,’’ kata Kawar lagi.
APRL Nunukan, juga sudah melakukan audiens bersama Pemkab Nunukan untuk merumuskan solusi dari turunnya harga rumput laut.
Sementara ini, yang bisa dilakukan para pemanen rumput laut, adalah memastikan tanamannya bebas lumut hijau, dan menjemur sampai kadar kekeringannya mencapai 34 – 35.
‘’Harus diakui, hama lumut hijau menjadi PR besar kami dan Pemda Nunukan. Imbasnya juga cukup terasa, barang dengan kualitas standar berkurang. Dari yang biasanya kita jual 8000 ton perbulan, kini berkurang 30 sampai 40 persen’’ kata Kawar. (Dzulviqor)