NUNUKAN – Kasat Samapta Polres Nunukan, Kalimantan Utara, AKP. I. Eka Berlin, menjadi salah satu kandidat nominasi Hoegeng Award 2024 untuk kategori tapal batas dan pedalaman.
Laki laki berusia 55 tahun ini, memang dikenal warga dan teman seprofesinya, sebagai sosok yang memiliki jiwa sosial tinggi, dan sangat peduli pendidikan.
Ia selalu berpedoman dengan ucapan salah satu tokoh dunia, Nelson Mandela, bahwa “pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa mengubah dunia’.
‘’Pak Berlin punya inovasi yang sangat membantu anak anak di perbatasan. Ia punya program terkait bagaimana menyekolahkan anak anak yang putus sekolah, bagaimana agar para anak eks TKI Malaysia juga mengenyam pendidikan yang menjadi hak mereka,’’ ujar Kapolres Nunukan, AKBP Taufik Nurmandya, saat ditemui, Rabu (22/5/2024).
Hoegeng Award, kata Taufik, merupakan salah satu penghargaan yang tentunya mewakili kualitas dan kepedulian polisi terhadap masyarakat.
Di tengah distrust masyarakat terhadap polisi saat ini, polisi memang harus tampil humanis, sebagaimana tugas pokok dan fungsinya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat.
Layaknya Jenderal Polisi Hoegeng yang menjadi simbol kegagahan dan kejujuran Polisi.
‘’Jadi kita majukan nama Pak Berlin, artinya kita tidak main main. Pak Berlin punya program kepedulian pendidikan bagi generasi bangsa di tapal batas Negara. Kita semua tahu betapa pentingnya pendidikan,’’ imbuh Taufik.
Taufik yang sudah sering ikut turun ke lapangan melihat anak anak perbatasan atau anak anak eks TKI Malaysia yang disekolahkan Berlin, sering trenyuh dan prihatin dengan kehidupan mereka.
Karena alasan ekonomi, anak anak di Nunukan terpaksa diajak orang tuanya ma’bettang (mengikat benih rumput laut).
Anak anak usia produktif yang seharusnya duduk di bangku sekolah, lebih memilih uang, ketimbang pendidikan.
‘’Anak anak eks TKI Malaysia dideportasi ke Nunukan tanpa dokumen kependudukan. Mereka tak bisa sekolah karena kendala identitas, Pak Berlin mengusahakan adminduknya demi mereka bisa sekolah. Itu alasan kenapa Polres Nunukan, mempercayakan Pak Berlin sebagai kandidat Hoegeng Award 2024,’’ kata Taufik lagi.
Sejak 2015, ia sudah menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan. Saat menjabat sebagai Kapolsek KSKP Pelabuhan Tunon Taka, ia melihat banyak anak anak kecil berlarian di pinggir dermaga, sementara orang tua mereka berjualan asongan di pinggir dermaga.
Bahkan ia berinisiatif merenovasi musala Nur Hidayah di KSKP, menjadi rumah belajar. Disitu anak anak yang tidak sekolah, diajari pengetahuan umum oleh para personel KSKP, juga diajar mengaji oleh ustad setempat.
Kiprah Eka Berlin, bahkan pernah memperoleh penghargaan Police Award dari Kapolri Jenderal Drs. H.M.Tito Karnavian, M.A,Ph.D, pada 2017 lalu.
Aksi Eka Berlin, akhirnya menjadi salah satu rule model Polri yang Promoter (Profesional, Modern, dan Terpercaya).
‘’Hidup itu akan bermanfaat jika berguna untuk orang lain. Kalau dalam pepatah jawa, urip iku urup,’’ ujar Berlin saat ditemui di ruang kerjanya.
Bangun sejumlah Warung Kamtibmas
Tak cukup disitu, Berlin seakan menemukan dunia baru saat melihat anak anak belajar bersama, melepas canda tawa.
Sebuah gambaran yang kontras dengan kehidupan yang mereka jalani. Karena mayoritas mereka tidak sekolah akibat ekonomi yang kurang mapan, atau mereka adalah anak anak eks TKI yang dideportasi Malaysia, akibat pelanggaran keimigrasian.
Ia pun memantapkan niat untuk berbuat lebih banyak. Berlin merancang program yang diberi nama Warung Kamtibmas.
Berlin menggandeng anak anak mahasiswa untuk berbuat, untuk menularkan ilmu mereka bagi generasi di tapal batas negeri.
Di Warung Kamtibmas, anak anak warga akan berkumpul setelah ashar untuk meminta pengajaran dari para polisi dan relawan.
Selain itu, segala urusan perselisihan masyarakat, coba diselesaikan secara kekeluargaan, bahkan melayani laporan warga, permohonan mediasi, dan bantuan untuk mengurus SIM dan lainnya.
‘’Sampai hari ini, ada lima warung Kamtibmas. Di Kampung Timor, Mambunut, Porsas, dan Kampung Tator. Kalau di Pulau Sebatik, ada satu Warung Kamtibmas di Mantikas,’’ tutur Berlin.
Wahana Pendidikan Perbatasan
Eka Berlin juga menjadi inisiator bagi para Guru Garis Depan (GGD), para pegiat Indonesia Mengajar (IM), atau para relawan literasi pendidikan lain yang ditugaskan mengabdi sementara di ujung negeri.
Para relawan, menjadi guru bagi anak anak. Mereka bertugas mendampingi anak anak mengejar mata pelajaran sekolah.
‘’Kalau sekarang, relawan bagi anak anak berasal dari banyak profesi. Ada dokter, guru, mahasiswa,’’ imbuhnya.
Banyak anak anak Indonesia yang memiliki nasib tidak beruntung. Khususnya anak anak yang tumbuh di beranda negeri yang serba terbatas.
Tidak sedikit anak anak eks TKI yang tidak sekolah akibat kendala identitas. Berlin bahkan rela bergerilya, mencari rumah rumah sewa para TKI untuk memastikan mereka memiliki identitas demi kelancaran urusan mereka.
Semua masalah adminduk bagi para eks deportan tersebut, diselesaikan Berlin dengan menggandeng Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil).
Anak anak disekolahkan SD, SMP dan SMA Negeri, atau dimasukkan sekolah bimbingan paket.
Berlin juga bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan untuk kebutuhan buku bacaaan, selain dari sumbangan donatur.
‘’Kita beri nama Wahana Pendidikan Perbatasan/WPP. Ini kisah tentang bagaimana menjadikan anak anak putus sekolah dari berbagai latar belakang yang tidak beruntung, kita kumpulkan dalam sebuah wahana, dengan harapan anak anak yang menjadi generasi bangsa, bisa menjadi orang, dan bernasib jauh lebih baik dari orang tuanya dengan bekal pendidikan mereka,’’ kata Berlin.
Untuk diketahui, AKP. I.Eka Berlin akan bersaing dengan dua Polisi lain pada kategori tapal batas dan pedalaman untuk Hoegeng Award 2024.
Keduanya adalah, Bripka Septinus Arui, Bhabinkamtibmas Kampung Ayambori, Manokwari, Papua.
Bripka Arui menjadi guru pengganti sejak tahun 2015 di SD Inpres 102 Wasnembri.
Yang kedua adalah, Kanit Tipikor Satreskrim Polres Simeulue, Aceh, Aipda Wardika.
Aipda Wardika aktif membantu melestarikan penyu dan menjaga mereka dari penjualan telur telur penyu di kawasan Kabupaten Simeulue, Aceh, sejak 2019. (Dzulviqor)