NUNUKAN – Keberadaan kapal trawl bermesin besar dari Kota Tarakan yang merambah zonasi tangkap nelayan tradisional Nunukan dikeluhkan para nelayan setempat.
Karena aktivitas kapal trawl dimaksud berdampak pada penghasilan nelayan gillnet, dan rentan dengan gesekan sosial.
‘’Kemarin kapal trawl menyapu jarring gillnet kami. Kemana kami mengadu? Kami nelayan tradisional semakin terpinggirkan,’’ ujar Bahrun, salah satu nelayan yang mengeluhkan keberadaan kapal trawl dari Tarakan, Senin (23/5).
Bahrun menuturkan, selain persoalan kapal trawl masalah lain yang dihadapi adalah area tangkap nelayan yang dipenuhi oleh budidaya rumput laut.
‘’Mohon masalah ini segera disikapi. Kami nelayan hanya mengandalkan hasil tangkapan untuk makan. Kalau itu saja susah, tentu akan terjadi gesekan di tengah laut,’’ katanya.
Menyikapi keluhan tersebut, Anggota DPRD Nunukan, Andre Pratama menyayangkan lambannya instansi terkait merespon persoalan ini.
Menurutnya persoalan kapal trawl yang beroperasi di zona tangkap nelayan tradisional, sudah pernah disampaikan ke Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Nunukan.
‘’Maksud saya, tolong masalah ini segera disikapi. Ditindak lanjuti dengan koordinasi bersama PSDKP KKP, dan Dinas Kelautan Provinsi Kaltara,’’ katanya.
Dia berharap, Pemerintah Daerah tidak menutup mata dengan keluhan nelayan.
‘’Kita tidak berbicara regulasi boleh tidaknya trawl beroperasi di Nunukan, namun kita melihat ada potensi konflik horizontal di tengah laut, jika itu terjadi, siapa disalahkan?,’’ Imbuhnya.
Oleh karenanya, kasus ini harus menjadi perhatian serius.
Terlebih mereka adalah penerima bantuan perahu, mesin tempel dan alat tangkap dari Pemerintah Pusat.
Bantuan tersebut akan menjadi sia-sia jika tidak diiringi dengan area zona tangkap yang aman.
‘’Segera koordinasikan masalah ini pada pihak-pihak berwenang. Kita tentu tidak ingin nelayan kita malah kesulitan menangkap ikan di area mereka sendiri,’’ tegas Andre. (Dzulviqor)
