NUNUKAN, KN – Lautan Karang Unarang pada hari ini, 17 Agustus, memancarkan patriotisme.
Di bawah sinar mentari yang cerah, ombak yang bergelora seolah menjadi genderang upacara sakral, mengiringi bendera merah putih yang berkibar gagah di puncak suar.
Pemandangan itu, bagi siapa pun yang menyaksikannya, adalah janji sunyi yang diukir ombak untuk selamanya.
Di satu sisi, empat kapal perang Republik Indonesia (KRI)—KRI Ajak, KRI Singa, KRI Badik, dan KRI Sidat—berdiri gagah, melambangkan kekuatan negara.
Di sisi lain, puluhan kapal nelayan berjejer, menjadi lambang ketangguhan dan jiwa rakyat. Mereka adalah para penjaga laut sejati, pahlawan tanpa seragam yang setiap hari mempertaruhkan nyawa demi secercah rezeki di perairan yang kaya namun penuh tantangan.
Dengan suara lantang, Laksamana Pertama TNI Endra Hartono, Danguspurla Koarmada II, membacakan arahan Panglima TNI.
Ia menekankan “Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera Indonesia Maju” adalah komitmen yang harus diwujudkan.
”Karang Unarang adalah batas terluar kita,” kata Endra.
“Ini membuktikan TNI AL selalu hadir di seluruh perairan Indonesia.” tegasnya.
Di balik kalimat-kalimat resmi itu, tersimpan makna yang jauh lebih dalam.
Tugas menjaga kedaulatan laut adalah tanggung jawab yang tidak bisa diemban sendiri.
Dan di sinilah sinergi itu lahir, menciptakan pemandangan yang membuat mata berkaca-kaca.
TNI AL tidak bekerja sendirian. Mereka merangkul para nelayan yang selama ini menjadi “mata dan telinga” di lautan.
Rasa nasionalisme tak hanya terukir di seragam prajurit, tapi juga meresap di kulit nelayan yang terbakar matahari.
Mereka tidak melihat diri sebagai pihak luar, melainkan sebagai bagian tak terpisahkan dari penjaga kedaulatan.
Setelah upacara selesai, pemandangan luar biasa terjadi.
Puluhan kapal nelayan mengelilingi KRI, mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi, dan secara serentak berteriak, “MERDEKA!”
Pekikan itu menggema ibarat sebuah seruan sumpah.
Sebuah janji yang dibalas oleh pekikan serupa dari para prajurit di atas KRI. Merdeka!
Suara itu bergetar, memecah kesunyian lautan, dan menyatukan dua dunia yang berbeda—militer dan rakyat—dalam satu jiwa Indonesia.
Di Karang Unarang, 80 tahun kemerdekaan dirayakan dengan cara paling otentik. Semangat persatuan tulus yang lahir dari hati sanubari para penjaga laut.
Inilah Indonesia yang sesungguhnya. Jalaesveva Jayamahe, Di Lautan Kita Jaya.
