Connect with us

Hi, what are you looking for?

Covid -19

Kabar Duka, Ini Keinginan Almarhumah Hj. Asmah Gani Sebelum Meninggal Dunia

Hj. Asmah Gani

NUNUKAN – Isak tangis Siti Raudah Arsyad, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nunukan Kalimantan Utara, seakan mewakili rasa kehilangan yang dialami masyarakat Nunukan dengan berpulangnya Hj.Asmah Ghani.

Mantan wakil Bupati Nunukan 2011 – 2016 dan anggota DPRD Provinsi Kaltara periode 2019 – 2024 ini, menutup usia pada Senin (22/2/2021) sekitar pukul 23.30 wita, di RSUD Tarakan.

‘’Ibu meninggal tadi malam sekitar pukul 22.30 wita, Ibu terpapar covid-19 selama tiga minggu,’’ujar Siti Raudah, dihubungi, Selasa (23/2/2021).

Mendiang Asmah Gani, merupakan sosok terpandang dan menjadi tempat suku asli Tidung Nunukan dalam meminta pendapat, figur yang low profile dan sangat dihormati tersebut menderita asam urat.

Obat herbal yang biasa dikonsumsi selama bertahun-tahun tidak lagi bisa membantu.

Siti Raudah yang lebih dikenal dengan panggilan Cici oleh masyarakat ini menceritakan, ibundanya diterbangkan ke RS Pertamina Tarakan untuk mendapat perawatan intensif.

Saat itu, hasil swab almarhumah dinyatakan negatif, sehingga langsung dirawat.

Cici mengatakan, RS Pertamina Tarakan tidak melayani pasien Covid-19.

Mendiang, sempat menjalani opname selama 4 hari, dan harus menjalani ceck up rutin.

‘’Selang empat hari dari ceck up pertama, tiba-tiba ibu batuk-batuk, lehernya gatal, ternyata begitu di swab ulang saat ceck up kedua, hasilnya positif Covid-19, dan disarankan untuk isolasi mandiri.’’tutur Cici.

Semenjak terkonfirmasi positif Covid-19, terjadi perburukan kondisi, mendiang mengalami diare sampai 10 kali sehari, oksigen dalam darah berkurang, namun tidak ada gejala sesak nafas.

‘’Kami larikan ke RSUD Tarakan, kita belikan ibu oksimeter karena oksigen dalam darahnya kurang, dokter juga memasangkan selang ventilator. Dua minggu full ibu dirawat dengan selang ventilator terpasang, sampai tiba-tiba semalam drop dan meninggal dunia,’’tutur Cici.

Baca Juga:  Cerita Haji Momo, Pengusaha Sebatik yang Menyediakan Bangunan Losmen Miliknya Untuk Menampung Korban KebakaranNUNUKAN – Sebanyak 21 orang dari 6 Kepala Keluarga (KK), korban kebakaran di RT 02 Desa Sei Pancang, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, ditampung di sebuah bangunan losmen milik salah satu pengusaha Sebatik, Haji Nuwardi yang akrab disapa dengan Haji Momo. ‘’Saya bersihkan itu penginapan, saya perbaiki semua yang rusak, supaya mereka (korban kebakaran) merasa nyaman dan layak tinggal di bangunan itu,’’ ujarnya, Senin (1/5/2023). Bangunan penginapan dua lantai tersebut, terletak sekitar 100 meter dari lokasi kebakaran yang meluluhlantakkan 6 unit rumah kayu milik warga setempat, pada Kamis (27/4/2023) lalu. Nuwardi menuturkan, bangunan tersebut merupakan losmen pertama di Pulau Sebatik, yang dikenal dengan penginapan Sei Pancang. ‘’Saya persilahkan bangunan itu ditempati para korban kebakaran. Semoga bisa membantu meringankan beban mereka. Tidak usah memikirkan pembayaran atau apapun, saya ikhlas mereka menempati bangunan itu,’’ tegasnya. Perhatian yang diberikan oleh pengusaha yang dikenal dermawan tersebut, juga diapresiasi oleh para korban kebakaran. Sebab, kebutuhan mereka untuk menempati tempat bernaung yang layak, dapat terakomodir tanpa harus memikirkan biaya sewa dan lain sebagainya. ‘’Kami berterimakasih sekali sudah diberikan tempat tinggal yang layak. Ini kan penginapan yang tentunya bisa menghasilkan uang kalau difungsikan sebagaimana mestinya. Tapi malah direlakan untuk kami korban kebakaran, semoga Allah balas kebaikan beliau,’’ ujar salah satu korban kebakaran, Syarifuddin (51). Syarifuddin, merupakan buruh perkebunan kelapa sawit. Musibah yang menimpa menjadi pukulan berat, apalagi rumahnya yang terbakar merupakan warisan yang sudah turun temurun ditinggali keluarganya. ‘’Semoga bisa bangun kembali nanti kalau ada rejeki. Sementara sudah ada tempat tinggal untuk saya dan keluarga, jadi saya bisa fokus bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan menyimpan uang sedikit sedikit untuk kembali punya rumah,’’ katanya. Korban lain yang juga tinggal di losmen Sei Pancang, Andu (55), menyatakan terima kasih atas kebaikan Haji Momo yang rela menyediakan penginapan miliknya sebagai rumah tinggal sebagian besar korban kebakaran. Andu yang berprofesi sebagai nelayan, merasa kebaikan Haji Momo cukup besar, sehingga keluarganya tidak perlu memikirkan lagi harus tinggal dimana. ‘’Saya ini seorang nelayan, mendapat kebaikan demikian besar, tentu saja membuat kami bersyukur tak terkira. Tuhan yang balas kebaikannya nanti,’’ kata Andu. Sekedar diketahui,di tempat itu tersedia juga dapur umum. Para korban bisa bergiliran atau bersama sama memanfaatkan fasilitas tersebut untuk memasak. Terpisah, Camat Sebatik Utara, Muhammad Eko, mengatakan, sampai hari ini, bantuan terus mengalir dari lembaga ataupun perorangan, baik berupa uang tunai, maupun sembako. ‘’Kita sudah salurkan Rp 77 juta yang didonasikan Baznas dan UPZ Sebatik, juga masyarakat. Masih ada Rp 15 juta lagi yang belum kami salurkan, karena masih ada sejumlah donatur lagi yang akan menyerahkan bantuannya,’’ kata dia. Selain itu, ada lebih 50 ton beras juga dibagikan, bersamaan dengan mie instan, telur, minyak goreng, tepung, gula, kopi, teh dan susu. Total ada 12 KK dengan 57 jiwa menjadi korban dalam peristiwa kebakaran yang diduga akibat korsleting listrik di salah satu wilayah pemukiman padat penduduk ini. BPBD Nunukan menghitung, kerugian akibat peristiwa ini, sekitar Rp 4,1 miliar. ‘’Pihak kecamatan sudah melakukan pendataan apa saja berkas dan dokumen yang terbakar. Kita petakan dan kita berikan rekomendasi pengurusan kembali surat surat penting itu nanti,’’ kata Eko. (Dzulviqor)

Usia Asmah Gani yang sudah lebih 65 tahun dikatakan Cici, menjadi salah satu faktor ibundanya tak mampu bertahan, terlebih, ada diagnose sakit paru-paru, obesitas dan hipertensi.

Tangis Cici tak lagi terbendung saat menceritakan keinginan ibundanya yang belum kesampaian, ada dua keinginan yang disampaikan oleh ibunya yang pertama ingin pulang sama-sama ke Nunukan untuk memperingati 100 hari kematian salah satu anaknya, yang meninggal Desember 2020 lalu, dan keinginan kedua ingin memberikan sedekah masyarakat tidak mampu yang terdampak Covid-19 dengan uang resesnya.

‘’Ibu kan anggota DPRD, ibu tahu jadwal reses bulan Februari, ibu bilang ingin pulang sama-sama, ingin membeli beras dan sembako untuk disedekahkan masyarakat yang kesusahan akibat Covid-19, belum kesampaian, Tuhan lebih dulu panggil ibu,’’katanya di sela tangis kehilangan.

Cici meminta masyarakat Nunukan memberikan pintu maaf atas kesalahan ibundanya, apabila semasa hidup ada hutang yang belum ditunaikan, masyarakat diminta datang ke kediaman keluarga Asmah Gani.

‘’Bagaimanapun ibu pernah menjadi pemimpin kabupaten Nunukan, jika ada tutur kata dan laku beliau tidak berkenan di masyarakat, saya mohon ampunan dan pintu maaf sebesar besarnya untuk ibu,’’katanya.

Asmah Gani dimakamkan di tempat pemakaman keluarga di kelurahan Mambrungan Tarakan.
Satgas Covid-19 mengizinkan keluarga memilih lokasi pemakaman dengan syarat, pemakaman dilakukan mengacu protokol kesehatan.

Lebih lanjut, Cici mengatakan, keluarga yang menjadi kontak erat sudah menjalankan isolasi mandiri jauh-jauh hari.

‘’Setelah memeriksakan diri ke dokter, Alhamdulillah kami dinyatakan negatif Covid-19,’’katanya. (Dzulviqor)

Loading

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Kabar Lainnya

Nunukan

Polisi Selidiki Kejanggalan di Perusahaan Plat Merah

Nunukan

NUNUKAN – Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Nunukan, merilis hasil investigasi kasus hilangnya uang nasabah bernama Betris, senilai kurang lebih Rp. 384 juta, Selasa,...

Hukum

Menanggapi keterlibatan dua angotanya, Syaiful menegaskan, tidak ada toleransi bagi anggotanya yang terlibat penyalahgunaan narkoba.

Olahraga

NUNUKAN – Sabri, salah satu Atlet panjat tebing asal Nunukan, yang pernah meraih medali emas (perorangan) pada PON XVII 2012 di Riau, Perunggu (perorangan)...