NUNUKAN – Jelang Pilkada 2024,publik dihebohkan dengan beredarnya rekaman suara diduga Bupati Nunukan, yang meminta Lurah, untuk mengumpulkan data RT di wilayah, Nunukan Barat, Nunukan, Kalimantan Utara.
Rekaman berdurasi 27 detik itu, beredar melalui aplikasi percakapan WhatsApp, sebagai berikut :
“‘Di Nunukan Barat itu anu, Pak Lurah, panggillah itu RT RT yang di kita kan, mulai sudah mendata. Bulan depan, kasih saya datanya semuanya, mau kuverifikasi dulu. Ada sudah sistem datang ini. Jadi mau dimasukkan ke sistem, nama, nomor KTP, sama nomor Hpnya mereka. Karena kita mau pake SMS Boom juga nanti dari Polres tu. Kita sudah kerja sama dengan kepolisian.’
Dikonfirmasi terkait rekaman itu, Lurah Nunukan Barat, Zuljiyansah, membenarkan rekaman itu ditujukan untuk dirinya.
‘’Memang jadi ramai itu rekaman. Saya juga tidak tahu kenapa bisa muncul rekaman begitu. Memang rekaman itu ditujukan Ibu Bupati, untuk saya,’’ ujarnya, Jumat (26/4/2024).
Zuljiansyah, menuturkan, rekaman tersebut tidak berkaitan dengan kontestasi politik 2024.
Melainkan, perintah Bupati untuk mendata warga yang menjadi sasaran bantuan sosial (bansos).
‘’Jadi itu bukan rekaman telepon, tapi rekaman suara yang dikirimkan ke saya sebagai perintah untuk mendata warga yang menjadi sasaran Bansos. Rekaman itu saya terima di bulan puasa kalau gak salah,’’ jelas Zuljiansyah.
Adapun pendataan ulang dilakukan, karena Bupati menambahkan 6 kuota untuk satu RT, yang tadinya hanya dijatah 5 penerima saja.
‘’Makanya ada perintah agar semua RT di Kelurahan Nunukan Barat mendata warganya. Ibu (Bupati) tidak mau ada lagi isu bansos diterima warga yang dekat dengan Ketua RT dan semacamnya. Ibu juga turun langsung membagikan ke masyarakat,’’ imbuhnya.
Sementara, terkait SMS boom dan kerjasama dengan Polres, yang beredar dalam rekaman itu, Zuljiansyah, mengaku tidak paham arti kalimat tersebut.
‘’Saya jujur tidak paham apa itu SMS Boom, saya tidak mengada ada ya. Fokus saya mendata ulang warga penerima Bansos. Dari usulan 386 penerima, yang disetujui 372 penerima sampai ke Sebakis. Tentang ada kerja sama dengan polisi, saya tidak kepikiran kesana dan tidak tahu apa apa,’’ kata Zuljiansyah.
Kapolres Tegaskan Netralitas Anggota Bhayangkara
Terpisah, Kapolres Nunukan, AKBP. Taufik Nurmandya, menegaskan, pihaknya tidak memiliki atau tidak pernah menggunakan aplikasi maupun sistem SMS boom sebagaimana dalam rekaman suara yang diduga suara Bupati Laura.
‘’Yang jelas kami di Polres Nunukan tidak ada begituan. Kita juga tidak tahu maksud orang yang suaranya mirip Bupati Nunukan itu apa. Apa cuma nakut nakutin Pak Lurah, hanya dia yang tahu,’’ jawab Taufik.
Taufik sudah memerintahkan Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) untuk menelusuri siapa penyebar rekaman mirip suara Bupati, dan mendalami maksud dibalik itu semua.
Hal tersebut, sangat penting, karena suara diduga Bupati tersebut juga menyeret institusi kepolisian, yang mengarah pada pencemaran nama baik.
Jika nantinya penelusuran penyebar rekaman terkendala alat ataupun SDM, Polres Nunukan akan menggandeng Polda Kaltara untuk menjadikan kasus ini jelas dan gamblang.
‘’Kita sudah perintahkan dalami kasus ini. Siapa dibalik akun fake yang menyinggung isi rekaman. Apakah ini persaingan politik atau apa, kita masih cari tahu. Kalau memang kita temukan, kita bisa jerat dengan UU ITE, karena menyeret institusi kepolisian itu tadi,’’ katanya.
Taufik menegaskan, Polisi akan selalu netral, tidak ada kerjasama dengan pihak kandidat bakal calon Bupati
‘’Kita tidak mungkin memihak salah satu calon. Kita pasti netral, masyarakat tidak usah khawatir. Itu pernyataan dari saya,’’ tegasnya. (Dzulviqor)
