NUNUKAN – Bayi laki laki, bernama Aprianus (1), anak karyawan PT Bumi Seimanggaris Indah (BSI), Seimanggaris, Nunukan, Kaltara, dinyatakan meninggal dunia, Kamis (2/5/2024), sekira pukul 08.00 Wita.
Aprianus, adalah salah satu bayi karyawan PT BSI asal Nusa Tenggara Timur (NTT), yang sebelumnya diberitakan mengalami koma, dan dirawat di Ruang Pediatric Intensife Care Unit (PICU), sejak Minggu (28/4/2024).
‘’Anak kami sakit sejak Kamis (25/4/2024). Beberapa kali kami bawa ke klinik perusahaan, sampai akhirnya dokter merujuknya ke RSUD. Dia koma, dan menjalani perawatan empat hari. Tadi pagi meninggal,’’ ujar Ayah dari Aprianus, Joni Bhaik (36), ditemui di ruang jenazah RSUD Nunukan, Kamis (2/5/2024).
Joni Bhaik bersana istrinya Petronela Ani (36) bekerja di PT. BSI sejak anaknya masih berusia empat bulan.
Awalnya kondisi mereka baik-baik saja. Sebagai karyawan mereka mendapatkan upah lebih dari lima juta per bulan.
Sampai akhirnya, cobaan itu datang. Anak semata wayangnya, mengalami demam, dengan gejala yang tak bisa ditangani dokter klinik perusahaan.
‘’Mungkin sudah takdirnya anak kami meninggal karena sakit di usianya yang masih setahun lebih. Dia sudah tidak merasakan sakit lagi, kami berusaha merelakan meski sedih sekali rasanya,’’ katanya.
Joni mengatakan, anaknya akan dimakamkan di areal PT. BSI.
‘’Sebenarnya kami ingin pulang kampung ke NTT. Ingin memakamkan anak kami disana. Tapi apa mau dikata, perusahaan tidak mau menanggung biaya pemulangan. Bayi kami akan dimakamkan di areal PT BSI,’’ tutur Joni.
Sementara itu, kondisi bayi karyawan PT BSI lain, Naufal, berangsur membaik. Sejumlah bantuan dari donatur yang iba dengan kondisinya, masih sering datang.
Naufal, merupakan anak pertama dari pasangan Riska Dwi Marita dan Arifin Triasakti (30). Keduanya berasal dari Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
Respons Perusahaan
Kabar dua bayi karyawan PT BSI Seimanggaris, yang dirujuk ke RSUD Nunukan dengan diagnosa infeksi paru paru, menjadi sorotan masyarakat, karena adanya dugaan keteledoran petugas di Tempat Penitipan Anak (TPA) PT BSI.
Merespons hal tersebut, Staf Umum PT BSI, Asdam Samadik mengatakan, perlu sebuah perspektif yang bijak dalam menilai kasus dua bayi karyawan dimaksud.
‘’TPA PT BSI, rutin dikunjungi petugas medis perusahaan, juga dokter Puskesmas Seimanggaris. Jadi untuk standar kesehatan, saya rasa tidak ada masalah,’’ kata Asdam.
Dugaan perawat TPA PT BSI teledor mengurus puluhan bayi yang di rumah titipan anak, juga butuh pembuktian, sehingga hal tersebut akan menjadi catatan dan evaluasi pihak perusahaan.
Asdam beranggapan, tidak logis, bayi Naufal yang baru sepekan berada di TPA perusahaan, namun sudah mengidap infeksi paru paru.
Sementara puluhan anak karyawan lain yang dititipkan bertahun tahun, tidak mengalami kondisi seperti yang dikatakan orang tua bayi Naufal.
‘’Ortunya cerita naik mobil dua hari dua malam, tidur di teras toko saat hujan. Bisa jadi, saat dalam mobil, supirnya merokok terus. Asap rokok terhirup anak sepanjang perjalanan, dan saya berkeyakinan, itulah penyebab infeksi paru paru Bayi Naufal,’’ katanya berargumen.
Demikian juga tentang kualitas air perusahaan yang buruk. Jauh jauh hari, pihak perusahaan sudah memiliki filter air, sehingga air yang dikatakan berkualitas buruk dan keruh, harus melalui tahap filterisasi, dan akhirnya keluar sebagai air bersih layak konsumsi.
Selama ini, apa yang dikonsumsi para anak balita yang dititipkan di TPA PT BSI, adalah makanan yang dibuat orang tua mereka.
‘’Jadi mereka titipkan di TPA itu sekaligus makan minumnya. Perawat yang akan menyuapi anak anak, dan untuk makanan atau minumannya, ya apa yang dibekali orang tua si anak itu,’’ jelasnya.
Asdam juga masih menyimpan tanya terkait adanya pembayaran Rp 2 juta untuk pembuatan KTP orang tua Naufal.
Karena pihak perusahaan PT BSI, biasanya akan memanggil petugas Dukcapil, manakala perusahaan membuatkan KTP karyawannya.
Adapun terkait mengapa perusahaan tidak membekali karyawannya dengan BPJS. Asdam menegaskan, kedua bayi tersebut, belum masuk KK.
Namun untuk kedua ortu Bayi Aprianus, keduanya sudah memiliki BPJS. Berbeda halnya dengan Ortu Naufal yang belum memiliki buku nikah, dan KK keduanya masih terpisah masing masing.
‘’Kami belum sempat menanyakan pernyataan pernyataan orang tua pasien. Yang jelas perusahaan bertanggung jawab penuh terhadap karyawan.Bayi Aprianus akan kita makamkan di areal PT BSI. Perusahaan akan memberi uang duka dan santunan. Sementara untuk Bayi Naufal, akan kita dampingi dan terus kami pantau kondisinya,’’ tegasnya. (Dzulviqor)