NUNUKAN – Lembaga survey asal Makassar Sulawesi Selatan, Integritas Ide Celebes (IIC), menempatkan HIS (Haji Irwan Sabri) sebagai kandidat Calon Bupati Nunukan 2024, dengan elektabilitas tertinggi, mengungguli dua kandidat lain, Andi Muhammad Akbar dan Basri.
‘’Urutan pertama HIS dengan elektabilitas sekitar 30,9 persen, Andi M Akbar 23,3 persen, Basri 11,1 persen,’’ ujar Direktur IIC, Akbar Najemuddin, Rabu (22/5/2024).
Survey yang dilakukan mulai 6 sampai 13 Mei 2024 tersebut, berfokus pada persepsi dan perilaku pemilih di Kabupaten Nunukan, pasca Pileg 2024 lalu.
IIC melibatkan 600 responden, dengan metode penarikan sample, multi stage random sampling dengan estimasi margin of error kurang lebih 3,4 persen pada tingkat kepercayaan level confidence 95 persen.
Dalam surveynya, lembaga survey yang terdaftar di Kemenkumham dengan Nomor ; AHU – 0001115-AH.01.22 tahun 2022 ini, juga menyertakan sejumlah isu sentral yang menjadi tolok ukur, yang seharusnya menjadi perhatian calon bupati Nunukan ke depan.
Ada 4 isu yang paling menonjol dan dikeluhkan responden, masing masing, isu ketersediaan air bersih dengan 70 % sample, isu ketenagalistrikan 68,6%, peningkatan hasil pangan/pertanian 49,8%, serta perbaikan infrastruktur jalan 48,4%.
‘’Sehingga, para Calon Bupati Nunukan, perlu mengoptimalkan kunjungan kandidat dan simpatisan serta relawan, untuk turun ke masyarakat, mengkampanyekan program kerja yang menguntungkan pemilih,’’ imbuh Akbar.
Yang perlu menjadi perhatian, sample IIC juga mencatat ada sekitar 34,7 persen responden yang belum menentukan pilihan, tidak tahu, atau pilihannya dirahasiakan.
Jumlah ini, tentu akan menjadi angka penentu bagi kemenangan calon, jika mampu meraihnya.
‘’Ini menggambarkan bahwa pemilih mengambang (undecided voters) masih sangat signifikan untuk dijadikan sebagai basis pemilih,’’ tegasnya.
Akbar mengatakan, dari 21 Kecamatan di Kabupaten Nunukan, hanya Kecamatan Lumbis Hulu, Kecamatan Krayan Tengah dan Krayan Selatan yang tidak terjangkau survey.
Faktor geografis dan jumlah penduduk yang dianggap tidak mempengaruhi pola pengambilan sampling, menjadi alasan IIC.
Ia juga membeberkan sejumlah alasan, mengapa HIS menempati elektabilitas tertinggi dibanding dua kandidat lain.
‘’Keunggulan HIS dari beberapa pertanyaan survey, ia dianggap lokomotif atau tokoh dari luar pemerintahan, bagi yang ingin perbaikan tata kelola pemerintahan, sistem perbaikan pembangunan infrastruktur. HIS dianggap representasi dari perubahan itu,’’ jelas Akbar.
Selain itu, ada efek kejenuhan masyarakat, dengan gambaran kekuasaaan/oligarki yang juga terjawab dan terekam di hasil survey.
Sejauh ini, survey menunjukkan adanya orang yang terpolarisasi memilih dengan alasan perubahan.
‘’Ada segmentasi pemilih besar yang dari 2020, tejadi pergeseran besar. Kubu penantang yang tadinya di kubu almarhum Danni Iskandar, bergeser ke HIS. Itu menjadi keuntungan tersendiri bagi elektabilitas HIS,’’ lanjutnya.
Akbar juga menegaskan, bahwa, popularitas HIS selalu terjaga dari dulu hingga kini.
Pada 2014, HIS menjadi Anggota DPRD Nunukan. Tahun 2019, HIS juga sempat dilantik sebagai wakil ketua DPRD Nunukan.
Selanjutnya Tahun 2020, ia mengikuti Pilgub sebagai wakil. Rentetan daftar ini, menunjukkan HIS memiliki efek elektoral besar.
Dengan pengalaman dan sejumlah jabatan yang sempat ia sandang, HIS sudah pasti memiliki simpul politik di setiap wilayah.
‘’Ketika simpul itu diaktifkan dan dikonsolidasikan kembali, dengan mengkonfirmasi peta penolakan kelompok petahana, maka itu menguntungkan elektoral HIS,’’ kata Akbar lagi.
Kendati demikian, dua kandidat lainnya juga bukan lawan remeh. Basri misalnya, meski selama ini hasil surveynya selalu kecil, namun ketika mampu dikonsolidasikan dengan orang orang yang membandingkan hari ini dengan masa kepemimpinan Basri 10 tahun lalu, itu akan menciptakan titik jenuh.
Sehingga situasi tersebut, bisa dimanfaatkan maksimal untuk menyalip potensi yang ada.
Begitu juga dengan Andi Muhammad Akbar, yang memiliki dukungan kuat dari keluarga petahana.
‘’Sekarang ini tidak ada kekuatan dominan. Semua punya latar belakang, punya branding personal, yang masing masing memiliki deferensiasi berbeda. Itulah yang menyebabkan ketiga calon, tidak ada dominan atau melewati elektabilitas di 40 persen sampai sekarang,’’ kata Akbar. (Dzulviqor)
