NUNUKAN – Masyarakat di sejumlah desa terisolir di perbatasan RI – Malaysia yang ada di Kecamatan Lumbis Pensiangan, Nunukan, Kalimantan Utara, mengancam bakal merobohkan tower Base Transceiver Station (BTS) yang dibangun oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).
‘’Masyarakat beberapa minggu belakangan terus datang ke Kantor Kecamatan menanyakan kenapa ada tower signal, tapi tidak bisa digunakan. Mereka merasa dibohongi dan mengancam merobohkan menara BTS yang dipasang oleh BAKTI Kominfo,’’ ujar Camat Lumbis Pensiangan, Lumbis, Minggu (17/9/2023).
Kekecewaan masyarakat tentu sangat beralasan, karena mereka yang sebelumnya tak terjangkau jaringan internet, sempat bergembira ria dengan program BAKTI 2022, yang konon menjanjikan kemudahan dan kelancaran akses internet, yang selama ini menjadi harapan mereka.
Sampai akhirnya, warga dengan suka rela menghibahkan tanah seluas 30×30 meter untuk pembangunan menara BTS, dengan harapan bisa menikmati sistem komunikasi yang baik.
‘’Dan karena jaringan telekomunikasi tidak ada sampai hari ini, masyarakat yang hibahkan tanah, kecewa. Semua warga juga marah, dan mengancam akan memotong motong besi tower untuk dijual sebagai besi bekas kalau tower masih tidak juga berfungsi,’’ imbuhnya.
Sebagai Camat, Lumbis telah meneruskan tuntutan warganya ke Kominfo.
Namun pihak BAKTI, hanya meminta masyarakat agar terus bersabar.
‘’Baik Bapak, untuk saat ini, informasi yang kami dapat masih sama seperti yang sebelumnya kami informasikan. Bahwa untuk lokasi BTS site Labang (KLU00111), saat ini masih dalam tahapan integrated atau tahap pekerjaan secara berkelanjutan. Sehingga, saat ini masih dalam optimalisasi jaringan oleh pihak penyedia dan jaringan belum beroperasi sepenuhnya. Optimalisasi jaringan akan berangsur ditingkatkan oleh pihak penyedia. Oleh karenanya, mohon kesediaannya menunggu prosesnya Bapak,’’ ujar Lumbis membacakan balasan pesan dari Kominfo.
Lumbis berharap, pihak BAKTI segera memberikan kepastian dan berkenan menjelaskan langsung ke masyarakat.
Karena dari sejumlah komunikasi dan koordinasi yang dilakukan pihak Pemerintah Kecamatan Lumbis Pansiangan dengan sejumlah kontraktor, mereka hanya saling lempar kewenangan, yang justru tambah membingungkan masyarakat.
‘’Tiga bulan kami tanyakan masalahnya, itu itu saja jawabannya. Pdahal dari segi tekhnis sudah dipasang semua alatnya, entah itu fiber dan lain lain. Malah jawaban terakhir, katanya menunggu koneksi dengan satelit Satria 1 yang baru diluncurkan itu. Ini kan menipu masyarakat. Kalau memang tidak ada, bilang saja langsung. Biar kami kasih roboh itu barang daripada masyarakat dibodohi terus,’’ tegasnya.
Sampai hari ini, masyarakat Lumbis Pansiangan masih harus memanjat pohon, mendaki bukit, dan berjalan jauh demi bisa mengakses internet.
Keadaan tersebut, masih terjadi di sejumlah Desa, antara lain, Desa Labang, Desa Nantukidang, dan Desa Langgason.
Akan menjadi sangat aneh, ketika Lumbis Pansiangan, yang merupakan salah satu lokasi wilayah dibangunnya Pos Lintas Batas Negara (PLBN), tidak memiliki jaringan internet.
‘’Bagaimana PLBN Labang yang infonya akan diresmikan tahun depan bisa dioperasikan ketika tidak memiliki akses internet yang baik. Mohon ini menjadi perhatian pusat,’’ tuturnya.
Selain itu, imbuh Lumbis, kekecewaan warga yang hibah lahan, dan mereka yang terus menanyakan kepastian signal internet, membuat pihak Pemerintah Kecamatan, serba salah.
‘’Kita tidak tahu mau jawab apa kalau kondisinya begini. Kita sudah memberikan semua bantuan yang diminta Kominfo saat itu. Masyarakat merasa ditipu, dan kini integritas kami di Kecamatan dipertaruhkan,’’ sesalnya. (Dzulviqor)