NUNUKAN, KN —Warga Nunukan, Kalimantan Utara, kembali dilanda keresahan. Serangkaian kasus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang kambuh dan mengamuk terjadi lagi, memperparah kondisi di tengah lonjakan kasus ODGJ yang jumlahnya sudah melewati batas psikologis.
Kasus paling baru, seorang ODGJ bernama Rahman tega menganiaya ibunya yang berusia 69 tahun hingga sang ibu menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Peristiwa tragis ini mengulang kasus sebelumnya, saat seorang wanita muda ODGJ, Sumi, sempat membawa pisau dan menakut-nakuti pengguna jalan.
Penyebab kekambuhan ini selalu sama, keterlambatan minum obat.
Menyikapi itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan bergerak cepat dan memberikan imbauan keras kepada keluarga ODGJ. Kepala Dinkes Nunukan, Miskia, menegaskan, peran keluarga menjadi ‘kunci’ utama untuk pemulihan dan pencegahan kekambuhan.
”Puskesmas memberikan obat-obatan gratis bagi keluarga ODGJ setiap bulan. Kami berharap keluarga memastikan pemberian obat tidak sampai terlambat,” ujar Miskia saat ditemui, Jumat (14/11/2025) lalu.
Tembus 299 Kasus: Narkoba Pimpin Kenaikan 50%
Data Dinkes Nunukan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Kasus ODGJ di Nunukan mengalami lonjakan signifikan, meningkat dari sekitar 200 orang pada tahun 2024 menjadi 299 orang pada tahun 2025. Artinya, daerah perbatasan ini mencatat kenaikan lebih dari 50% dalam satu tahun saja.
Ironisnya, satu faktor dominan menyebabkan mayoritas penderita ODGJ Nunukan yang baru ini, penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba).
”Selain faktor gangguan mental secara umum, narkoba menjadi faktor terbanyak penyebab ODGJ,” imbuh Miskia.
Keluarga Memegang Peran Vital
Miskia menjelaskan, pengobatan ODGJ harus berlangsung intens dan konsisten. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan sudah memberikan pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis—seperti tablet Diazepam—serta melakukan pemantauan rutin sebulan sekali. Namun, kelalaian dalam dosis harian tetap menjadi masalah serius yang harus dicegah.
”Puskesmas tidak kehabisan obat. Kami sudah menyalurkan semuanya. Pihak keluarga memiliki peran vital atas pemulihan mental keluarganya yang sakit. Keluarga menjadi kunci kesembuhan ODGJ,” tegasnya.
Tantangan TKI Deportan dan Pemasungan
Selain menghadapi masalah narkoba, Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia menanggung tantangan unik. Miskia menyebut, Nunukan kerap menerima pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bermasalah. Beberapa deportan yang terindikasi ODGJ juga dikirimkan ke Nunukan, dan Pemerintah Daerah memikul tanggung jawabnya.
Distribusi kasus ODGJ di Nunukan pun tidak merata; justru wilayah pelosok perbatasan RI-Malaysia memiliki kasus terbanyak.
Miskia bahkan menyinggung satu kasus pemasungan yang terjadi atas permintaan ODGJ sendiri.
”Ada satu kasus ODGJ yang meminta dipasung. Hal tersebut terjadi karena ODGJ itu sadar bisa membahayakan orang sekitar ketika kambuh. Meski berat hati, keluarga tetap melakukan pemasungan,” ungkapnya.
Dinkes Nunukan Berjanji Segera Datangkan Obat
Saat ini, Dinkes Nunukan terus melakukan pemantauan rutin dan memastikan distribusi obat berjalan lancar. Meski mengakui sedang terjadi kekosongan untuk obat injeksi Siksonoat dan kapsul Risperidon, Dinkes berjanji akan mengusahakan ketersediaannya segera. (Dzulviqor)
![]()







































