Connect with us

Hi, what are you looking for?

Nunukan

Komentar SARA HUT Nunukan, Ibu Hamil Menangis di Polsek

Barasa : “Ibu itu sedang hamil tua. Dia menangis, menyesali perbuatannya… Kisah penyesalan mendalam dari seorang ibu hamil ini menjadi penutup emosional, sekaligus pengingat pahit bagi seluruh warga.”

NUNUKAN, KN – Siang itu, Sabtu (11/10/2025), perayaan HUT ke-26 Nunukan terasa seperti puncak harmoni. Ribuan warga tumpah ruah di jalanan, menikmati pawai budaya yang menyatukan aneka etnis dan agama di daerah perbatasan. Oleh sebab itu, ikatan persaudaraan telah terjalin kental selama puluhan tahun.

Akan tetapi, kedamaian itu tiba-tiba koyak. Bukan oleh kericuhan fisik, melainkan oleh sebaris ketikan tajam di kolom komentar media sosial. Di tengah live streaming pawai, sebuah akun bernama HFZ menyisipkan kata-kata kotor. Komentar itu menyerang keyakinan dan merendahkan martabat dengan menyinggung isu fisik. Hanya butuh hitungan menit, tangkapan layar (screenshot) komentar SARA Nunukan itu menyebar liar. Akibatnya, amarah kolektif langsung memuncak.

Dari Pawai Budaya Menjadi ‘Duta Wangi’ Medsos

Warga yang semula sibuk merayakan, lantas terhenyak di layar gawai. Amarah mendorong ribuan netizen sontak membanjiri kolom komentar. Sindiran tajam kemudian melayangkan gelar ironis “Duta Wangi” kepada pemilik akun HFZ. Julukan ini muncul sebagai respons keras terhadap ujaran pelaku.

“Kami semua dag dig dug karena komentar ibu itu. Bagaimana tidak, Nunukan yang selama ini tenang, semua suku, agama, dan etnis hidup rukun berdampingan, tiba-tiba dikacaukan oleh sebuah komentar medsos,” ujar Kapolsek Nunukan, Iptu Disko Barasa, saat Kabar Nunukan menghubunginya pada Minggu (12/10).

Melihat potensi konflik yang berpotensi melahap kerukunan, kepolisian mengerahkan langkah cepat.

Proses Mediasi Ibu Hamil Pelaku SARA di Polsek

Iptu Barasa memutuskan segera menjemput dan mengamankan pemilik akun, seorang ibu hamil berusia sekitar 30-an tahun berinisial HFZ. “Kami segera membawanya ke Polsek untuk diamankan, sebelum api amarah massa memuncak,” tambahnya.

Di Mapolsek, ketegangan terasa mencekam. Massa terus berdatangan, memenuhi halaman. Namun demikian, di tengah situasi yang genting, para pemuka agama, tokoh adat, dan tokoh pemuda Nunukan berdiri sebagai penjaga kerukunan. Mereka duduk bersama HFZ dan menempuh jalur mediasi.

Baca Juga:  Sampai Hari Ini, Warga Adat Dayak Agabag Masih Menunggu Niat Baik PT.KHL

Pertemuan itu berjalan alot dan sarat emosi. Para tokoh, dengan kebijaksanaan yang matang, bukan menuntut pembalasan. Melainkan, mereka menuntut pertanggungjawaban dan pengakuan atas kekhilafan.

Klimaks Emosional, Tangis dan Penyesalan

Di hadapan para tokoh dan di tengah kepungan massa yang marah, HFZ akhirnya luluh. Tangisnya pecah.

Kapolsek Barasa mengungkap detail pilu yang meredam amarah massa: “Ibu itu sedang hamil tua. Dia tinggal menunggu waktu melahirkan. Dia menangis, menyesali perbuatannya.” Selanjutnya, ia mengaku tak bijak bermedsos dan khilaf. Setelah itu, dia menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.

Kisah penyesalan mendalam dari seorang ibu hamil ini kemudian menjadi penutup emosional. Selain itu, ini menjadi pengingat pahit bagi seluruh warga.

Insiden di tengah Pawai Budaya ini berhasil diselamatkan oleh kearifan lokal. Oleh karena itu, Iptu Disko Barasa berpesan keras. Ia mengingatkan, di era digital, jari bisa lebih tajam dari sebilah pisau.

“Hormati kepercayaan orang lain. Ada konsekuensi pidana ITE untuk kalimat di medsos. Verifikasi kebenaran berita sebelum membagikannya,” tutupnya. Ia menekankan bahwa harga sebuah komentar bisa jadi setara dengan perdamaian di kota itu. (Dzulviqor)

Loading

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Kabar Lainnya