NUNUKAN, KN — Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan bergerak cepat menindaklanjuti dugaan kasus keracunan massal yang menimpa 82 orang di Kecamatan Sebatik Tengah pada Selasa (30/9). Tim investigasi telah diterjunkan untuk mendalami insiden yang korbannya terdiri dari balita, manula, dan mayoritas anak-anak sekolah.
Pasca kejadian, Bupati Nunukan, Irwan Sabri, meminta Dinkes mengambil sampel makanan dan muntahan korban untuk diperiksa di laboratorium. “SPPG (Satuan Penyelenggara Pendidikan Gizi) yang baru beroperasi dua hari pasti kami nonaktifkan sampai ada kejelasan,” tegas Irwan.
Sampel Dikirim ke Tarakan dan Surabaya
Kepala Dinas Kesehatan Nunukan, Miskia, menjelaskan timnya sudah mengambil sampel menu MBG dan muntahan pasien.
”Kami mengirim sampel makanan ke BPOM Tarakan, sementara sampel muntahan ke Lab Surabaya,” jelas Miskia. “Kami tidak memiliki fasilitas laboratorium yang memadai.”
Selain itu, tim Dinkes juga mulai memeriksa SPPG Sebatik Tengah terkait higienitas, cara penyimpanan, dan pengolahan makanan. Dinkes juga memastikan kepemilikan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) yayasan tersebut. Para korban yang sempat dirawat di puskesmas dan RSUD Pratama sudah dinyatakan pulih dan dipulangkan.
”Ini baru dugaan, kami tunggu hasil lab sebelum kami ambil keputusan,” kata Miskia. “Semoga tidak ada kasus serupa lagi.”
Menu dan Sikap Penanggung Jawab Yayasan
Menu yang diduga menjadi penyebab keracunan terdiri dari telur balado, tahu goreng, tumis wortel campur kol, dan semangka. Yayasan Bina Pendidikan Yatim menyediakan menu ini, yang menyediakan 992 porsi untuk PAUD dan SD.
Dimintai tanggapan, penanggung jawab yayasan, Eka Riskayadi, memilih bungkam. Ia mematikan telepon dan mengabaikan pesan wartawan. (Dzulviqor)
