NUNUKAN – Pagi yang seharusnya tenang di Kampung Rumput Laut, Mamolok, Nunukan, Kalimantan Utara, berubah menjadi kehebohan pada Senin (2/6/2025).
Pasalnya, empat nelayan setempat kehilangan mesin gantung 15 PK yang terpasang di perahu mereka. Hal itu, memicu kegaduhan yang segera menyebar di media sosial dan menjadi buah bibir warga.
Kamaruddin, seorang tokoh masyarakat Mamolok, menjelaskan kejadian ini bermula ketika para nelayan bersiap melaut.
Puluhan perahu yang biasa bersandar di jembatan baru RT 10 dan RT 12 menjadi sasaran.
“Saat hendak melaut pagi-pagi, empat pemilik perahu baru menyadari mesin gantung mereka sudah tidak ada,” tutur Kamaruddin saat dihubungi, Senin (2/6/2025).
Diduga kuat, pencurian terjadi pada dini hari. Cuaca buruk yang melanda Nunukan pada Minggu malam, dengan angin kencang dan hujan deras, kemungkinan besar dimanfaatkan pelaku.
Bahkan, kondisi ekstrem ini sempat menyebabkan pemadaman listrik total (blackout) dari pukul 20.30 hingga 22.00 WITA.
“Karena cuaca yang tidak bersahabat, warga mungkin lebih cepat terlelap, sehingga tidak ada yang menyadari saat pencurian itu terjadi,” imbuhnya.
Analisis awal warga menunjukkan para pencuri beraksi menggunakan perahu dan sangat mengenal medan serta target lokasi.
Warga juga beranggapan bahwa pelaku tidak mungkin beraksi seorang diri. Ironisnya, tiga perahu yang memiliki mesin ganda kehilangan satu mesin masing-masing, sementara satu perahu lain kehilangan satu-satunya mesin, membuatnya benar-benar tidak dapat melaut.
Total kerugian akibat pencurian ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp 100 juta.
“Harga satu unit mesin gantung 15 PK itu sekitar Rp 28 juta. Jika dihitung, kerugiannya mencapai sekitar Rp 112 juta,” jelas Kamaruddin.
Para korban telah melaporkan insiden ini kepada Babinsa dan Bhabinkamtibmas, berharap penelusuran dapat segera dilakukan.
“Setiap pembelian mesin ada nota yang mencantumkan nomor mesinnya. Semoga itu menjadi dasar bagi petugas untuk pelacakan,” harap Kamaruddin.
Peristiwa ini, kata Kamaruddin, menjadi peringatan serius bagi seluruh warga. Meskipun di area jembatan baru telah disediakan fasilitas seperti kamar mandi dan pos penjagaan, warga belum sempat membuat jadwal ronda.
“Ini memang kelalaian kami semua yang belum berjaga-jaga. Ke depan, kami tentu akan membahas masalah siskamling, apalagi ada juga kasus kehilangan rumput laut kering,” pungkas Kamaruddin, menekankan perlunya peningkatan keamanan. (Dzulviqor)
![]()







































