NUNUKAN – Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Nunukan, mengeluhkan nihilnya gedung rehabilitasi narkoba, sementara pengaruh narkoba sudah mengarah hampir ke semua kalangan di wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini.
Terbaru, BNNK Nunukan, mengamankan 13 remaja tanggung di Pulau Sebatik, yang didapati mengkonsumsi narkoba. Meski hanya mendapat bungkus bekas narkoba, namun kondisi tersebut, dinilai memprihatinkan dan butuh perhatian semua pihak.
‘’Betapa mirisnya kita melihat generasi kita yang terjerumus narkoba. Yang sangat disayangkan fasilitas pendukung untuk rehabilitasi anak-anak remaja kita tidak ada di Kabupaten Nunukan ini,’’ sesal Kepala Kantor BNNK Nunukan, Anton Suriyadi Siagian, Jumat (8/12/2023).
Jelas dia, langkah pembinaan yang dilakukan saat ini, bersinergi dengan kepala desa, melalui program Desa Bersinar.
Sementara bagi 13 anak remaja tersebut, BNNK Nunukan mengenakan wajib lapor. Wajib melapor ke BNNK, juga wajib lapor ke kepala desanya setiap pekan.
Lanjut Anton, sejauh ini, BNNK Nunukan membukukan 15 pemakai narkoba yang menjalani rawat jalan.
Tak sedikit dari eks pengguna narkoba yang sedang dipulihkan, berasal dari pelosok Nunukan, yang bahkan untuk menuju Kota Kabupaten Nunukan saja, butuh anggaran tidak murah, mencapai belasan juta rupiah.
Lalu bagaimana mereka akan memiliki biaya untuk menuju tempat rehabilitasi diluar Pulau Nunukan.
‘’Masalah tidak hanya persoalan remaja generasi kita yang kita amankan karena pesta narkoba. BNNK Nunukan juga kekurangan anggaran untuk pemeriksaan ASN. Tes narkoba, dibutuhkan ASN saat hendak naik tingkat lebih tinggi, atau untuk assesmen kebutuhan lain,’’ lanjutnya.
Untuk masalah kekurangan biaya tersebut, BNNK Nunukan sudah menyurat ke Pemda, ditembuskan ke DPRD Nunukan. Sayangnya, sampai hari ini, surat permohonan bantuan pembelian narko test tersebut, tak kunjung ada jawaban.
Urgensi tes urine bagi ASN Nunukan, dikatakan Anton perlu dilakukan. Ini berdasar temuan adanya salah satu ASN Nunukan yang melakukan tes urine untuk kebutuhan kenaikan jabatan.
Alhasil, tes urine menunjukkan positif, dan BNNK Nunukan sudah memberitahukan informasi tersebut ke Badan Kepegawaian dan Pembinaan Sumber Daya Manusia (BKPSDM), untuk menjadi catatan.
‘’Saya sudah bersurat untuk memohon bantuan 3000 alat tes narkoba. Itu karena BNNK Nunukan ini minim anggaran. Kemampuan kita hanya mampu mengecek urine 193 ASN saja dari ribuan ASN yang ada. Jadi, persoalan gedung rehab tidak ada, anggaran juga minim. Ini konkret masalah kita di perbatasan ini,’’ kata dia.
Permasalahan juga tidak sebatas uraian tersebut diatas. Dari 12 eks pemakai narkoba yang direkomendasikan untuk rehabilitasi oleh Resnarkoba Nunukan, hanya ada 3 orang yang difasilitasi keberangkatannya ke Balai Rehabilitasi Narkoba Tanah Merah, Samarinda.
Itupun menggunakan pembiayaan pribadi dari keluarga pasien.
Anton, menegaskan, sebenarnya, penyediaan gedung rehabilitasi narkoba di Nunukan tidaklah sulit. Pemda bisa merekomendasikan bangunan yang bisa difungsikan. Sebagai contoh, Gedung RPTC.
Dan nanti, BNNK Nunukan akan mengusahakan gedung tersebut untuk tempat rehabilitasi para eks pengguna narkoba.
‘’Sebenarnya asal ada kemauan, asal ada komitmen dan sinergitas bersama, semua bisa diselesaikan. Kondisi narkoba dan remaja di Nunukan ini sudah sangat mengkhawatirkan. Jangan didiamkan persoalan ini. Mari kita sama-sama menjadi penggerak dan sama-sama mengusahakan gedung rehabilitasi. Itu penting,’’ tegasnya. (Dzulviqor)
