NUNUKAN – Kemarau yang melanda pulau Nunukan, menyebabkan embung Sei Bolong dan embung Sei Bilal, yang mendistribusikan air bersih kepada sekitar tiga belas ribu pelanggan Perumda Air Minum Tirta Taka Nunukan, terkendala.
‘’Kondisi embung saat ini menyusut akibat kemarau. Kita semua tahu, sumber air baku hanya mengandalkan hujan, sehingga kita berharap hujan segera turun,’’ ujar Kepala Bagian Tekhnik PDAM Nunukan, Rusdiansyah, Rabu (26/4/2023).
Untuk mengatasi keluhan warga, PDAM menggandeng armada BPBD dan relawan membagikan air bersih ke masyarakat.
Rusdiansyah, mengatakan, kondisi menyusutnya embung terjadi hampir setiap tahun saat kemarau tiba.
Akan tetapi, biasanya tidak sampai berpengaruh ke embung Sei Bilal yang biasanya menjadi alternatif ketika embung Sei Bolong menyusut.
‘’Sepertinya agak ekstrim kekeringannya. Bisa jadi gelombang panas yang terjadi sedikit banyak mempengaruhi kekeringan karena penguapan air,’’ imbuhnya.
Menurut Rusdi, solusi bagi wilayah kepulauan seperti Nunukan yang tidak memiliki sungai dengan debit air besar, hanya memperbanyak embung tadah hujan.
Solusi jangka pendek, adalah melakukan pengerukan embung inti, supaya lebih banyak menampung debit air.
‘’Rencana kami bersama Pemda, bulan Juni kita akan lakukan pengerukan embung Bolong sebagai rencana jangka pendek. Untuk jangka panjangnya, ada pembangunan embung baru di Sungai Limau Nunukan Selatan,’’ lanjutnya.
Di areal Sungai Limau Nunukan Selatan, PDAM sudah melakukan penelitian debit air yang dihasilkan di musim kemarau antara 45 sampai 50 liter per detik.
Sebuah kondisi yang diharapkan menjadi salah satu solusi mengatasi kekeringan saat kemarau di wilayah perbatasan RI – Malaysia ini.
‘’Untuk saat ini, mari sama-sama berdoa segera turun hujan. Kita sudah berkoordinasi dengan BMKG, paling lambat awal Mei 2023, hujan turun. Semoga kekeringan segera berlalu,’’ kata Rusdiansyah. (Dzulviqor)
