NUNUKAN – Fungsional Tenaga Ahli Perdagangan Dalam Negeri, pada Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (DKUMKMPP) Nunukan, Abdul Rahman, mengungkapkan sejumlah harga bahan pokok yang naik jelang bulan puasa.
Rahman mengatakan, komoditas yang harganya merangkak naik, antara lain ; telur ayam, cabai rawit, kacang tanah, bawang merah, bawang putih dan juga beras.
“Telur ayam dibanderol Rp. 59.000 dari sebelumnya Rp. 55.000 per rak, cabai rawit sebelumnya Rp. 75.000 menjadi Rp. 80.000 per kilogram, kacang tanah menjadi Rp. 34.000 dari Rp. 32.000 per kilogram, serta beras kenaikan terjadi Rp. 1.500 per kilogram,” urainya, Selasa (21/2/2023).
“Untuk komoditas bawang merah, dari harga semula Rp. 35.000 menjadi Rp. 40.000 per kilogram, dan bawang putih dari harga Rp. 25.000 menjadi Rp. 30.000 per kilogram,” tambahnya.
Harga yang masih standar sementara ini, adalah daging ayam dan sayur mayur.
Untuk harga daging ayam, bagian dada atau paha, dibanderol Rp 45.000 per kilogram, dan ayam utuh dihargai Rp 35.000 – Rp 38.000 per kilogram.
Lanjut Rahman, harga tepung terigu juga masih relatif normal yakni Rp. 12.000 – Rp 13.000 per kilogram.
‘’Gula pasir, stok cukup karena banyak juga gula pasir Malaysia memenuhi pasar kita,’’ katanya.
Begitu pula dengan harga minyak goreng, menurut Rahman masih stabil.
Stabilnya harga minyak goreng, karena pasokan Minyakita dari Bulog yang masuk pada Februari 2023 lalu sebanyak 12 ton dipengiriman pertama, disusul 12 ton lagi pada pengiriman kedua.
‘’Rencananya, April 2023, kembali ada distribusi Minyakita sebanyak 2000 liter,’’ jelas Rahman.
Lanjut dia kenaikan harga yang terjadi jelang Ramadan kali ini, lebih dipengaruhi oleh tradisi kenaikan harga di hari-hari besar.
Dia menegaskan, kenaikan harga di Kabupaten Nunukan hanya dipengaruhi oleh dua faktor.
‘’Sepertinya lebih ke momen tahunan ya, karena kalau masalah stok, aman dan tercukupi,’’ lanjutnya.
Menurut Rahman, tradisi kenaikan harga di hari hari besar, memang menjadi ciri khas dan bukan lagi perkara aneh.
Khususnya untuk Kabupaten Nunukan yang notabene merupakan perbatasan RI – Malaysia, masalah harga masih menganut fluktuasi di daerah asal barang.
Selain itu, banyaknya barang barang made in Malaysia di pasar pasar Nunukan, menjadi jaminan ketersediaan kebutuhan bahan pangan.
‘’Pertama adalah, kapal dari Sulawesi tidak bisa masuk akibat cuaca buruk atau sedang dok. Dan Kedua, terjadi kenaikan harga di daerah pemasok,’’ pungkasnya. (Dzulviqor)
