NUNUKAN – Pemerintah Desa Binalawan, Kecamatan Sebatik Barat Kabupaten Nunukan, memiliki formula untuk menjaga para petani tetap menggarap sawahnya.
Hal tersebut diperlukan melihat trend pekerjaan masyarakat perbatasan lebih banyak menekuni budidaya rumput laut.
‘’Kita perlu sebuah stimulant untuk menyemangati petani di Sebatik tetap produktif. Kita berikan alat untuk menanam benih, pestisida dan herbisida,’’ ujar Kepala Desa Binalawan, Darwis, Rabu (25/5).
Bantuan tersebut merupakan impelementasi dari aturan penggunaan Dana Desa, dimana menurut regulasi, 20 persen dari anggaran pusat tersebut harus dialokasikan untuk ketahanan pangan.
Amanat tersebut, diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 104 Tahun 2021 Tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2022.
Darwis mengatakan, Desa Binalawan, memiliki luas lahan persawahan sekitar 132 hektar, dengan rata-rata lahan menghasilkan 3 ton per hektar.
‘’Akan sangat sayang kalau lahan tersebut terbiar karena petani hilang gairah dan memilih lari ke laut untuk rumput laut,’’ imbuhnya.
Memang tidak bisa dipungkiri, budidaya rumput laut jauh lebih memiliki penghasilan cepat ketimbang panen padi.
Jika sawah harus menunggu 6 bulan untuk musim panen, rumput laut dapat menghasilkan uang setiap hari.
Bisa dari upah mengikat bibit rumput laut, atau dari memukat.
‘’Harga rumput laut kering juga berkisar Rp 25.000 perkilogram, ini menjadi kekhawatiran kita terhadap eksistensi petani,’’ katanya lagi.
Untuk menjaga semangat tersebut, pemerintah butuh inovasi dan sebuah gagasan.
Tentu hal tersebut bukan perkara mustahil, apalagi Pemerintah Pusat sudah menjamin pendanaan dengan Dana Desa sebesar 20 persen untuk masalah ini.
‘’Semoga saja hasil pertanian kita eksis, rumput laut juga eksis. Itu yang kita harap. Intinya apapun programnya, endingnya adalah bagaimana mensejahterakan masyarakat,’’ kata Darwis. (Dzulviqor)
