NUNUKAN – Menyambut HUT ke 76, Korps Marinir, Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan XIII/Tarakan Kalimantan Utara (Yonmarhanlan), melaksanakan kegiatan napak tilas untuk, Sabtu (13/11/2021).
Kegiatan dimaksud diikuti oleh, Satgas Marinir dan Satgas Pamtas RI – Malaysia Yonarmed 18/Komposit, serta masyarakat yang berada di wilayah daratan Kalimantan, perbatasan Indonesia – Malaysia.
Peserta akan menempuh rute jejak konfrontasi sejauh 20 KM dan melewati tiga wilayah yakni, Sei Ular, Sei kapal serta Kanduangan.
“Kita melaksanakan kegiatan ini dalam rangka mengingat perjuangan Dwikora. Kebetulan perjuangan di Sei Manggaris ini cukup unik karena banyak yang menjadi korban di Sei Manggaris dan Kalabakan.” Ujar Komandan Lantamal XIII/Tarakan Laksamana Pertama TNI Edi Krisna Murti.
Menurut Edi, penelusuran jejak konfrontasi dimulai dengan menyusuri perbatasan melalui jalur laut dari Dermaga Lanal Nunukan, menggunakan 3 perahu karet Marinir, 2 Patkamla Satrol Lantamal XIII, 1 Sea Rider Lantamal XIII dan 1 speed Posal Sebaung, sebelum akhirnya dilanjutkan dengan menyusuri rute konfrontasi di jalur darat.
“Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung selama 3 hari, mulai Sabtu 13 – 15 November 2021, dengan garis finish di Sei Pancang Pulau Sebatik,” katanya.
Dia berharap kegiatan ini akan menjadi agenda rutin dan bisa menjadi kebanggaan khususnya bagi warga perbatasan RI di Seimenggaris.
‘’Terlebih kegiatan seperti ini, bisa menambah kecintaan masyarakat kepada Indonesia sekaligus memperkuat rasa bela Negara,’’ tambahnya.
Untuk diketahui, peristiwa konfrontasi RI – Malaysia ini, dilatar belakangi oleh keinginan Inggris yang akan mencoba menggabungkan Negara koloninya, yaitu Serawak dan Borneo Utara/Sabah di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya pada tahun 1961.
Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia. Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris yang merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru.
Selain itu, keinginan Inggris hanyalah dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
Sikap tegas Presiden Soekarno dibuktikan dengan mengkampanyekan gerakan ‘’Ganyang Malaysia’’ melalui pidatonya yang sangat bersejarah pada 20 Januari 1963.
Soekarno juga membentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengoordinasi kegiatan perang terhadap Malaysia dengan sandi Operasi Dwikora. (Dzulviqor)
