NUNUKAN – Salah satu tokoh masyarakat Nunukan, H. Danni Iskandar berinovasi membuat ruang sauna yang diberi nama kemah anti COVID-19.
Ruangan berukuran 2 x 2 meter tersebut dibuat menggunakan spanduk bekas dan pipa paralon yang dapat menampung sekitar empat orang.
‘’Kita berharap kemah anti COVID-19 menjadi inovasi yang bermanfaat bagi banyak orang. Kalau biasanya kita hanya pakai selimut saat menghirup uap rebusan minyak kayu putih, di sini kita bisa sauna,’’ ujarnya, Sabtu (4/9/2021).
Sesuatu yang tak biasa yang disajikan adalah adanya uap yang dihasilkan dari bahan herbal (kulit kayu temabar) yang disalurkan ke dalam kemah tersebut.
Dengan mandi uap sambil menghisap aroma herbal kulit kayu temabar, penyakit flu, demam dan gangguan pernafasan menjadi lega.
‘’Apalagi setelah sauna, meminum rebusan akar Keriboro. Badan akan berasa fit dan bugar. Bahkan bisa untuk menurunkan berat badan karena keringat kita mengucur deras,’’ ujarnya lagi.
Danni mengaku awalnya ia terinspirasi dari para tokoh adat Dayak Lundayeh yang tetap prima di usia senja bahkan di masa pandemi COVID-19.
Dari keingintahuan tersebut, Danni mendapat resep yang menjadi andalan suku Dayak Lundayeh dalam hal kebugaran dan menangkal penyakit, yaitu kulit kayu Temabar dan akar Keriboro.
‘’Saya akhirnya memesan itu (Temabar dan akar Keriboro) kepada saudara-saudara kita yang dari Krayan. Itu diambil dari hutan Krayan dan tidak dijual,’’ lanjutnya.
Sementara itu, pelestari adat dan budaya Dayak Lundayeh Dorma Kisu membenarkan kulit kayu Temabar maupun akar Keriboro merupakan ramuan herbal turun temurun suku mereka.
Menurutnya kulit kayu Temabar memiliki aroma lebih kuat dari jamu namun menyegarkan dan dapat digunakan sebagai penawar racun.
‘’Temabar itu kalau bahasa Lundayeh bisa dimaknai penawar. Jadi dia dikenal suku kami sebagai obat segala macam penyakit. Tidak heran jika belakangan warga Nunukan ramai menggunakan Temabar untuk mencegah COVID-19,’’ kata Dorma.
Dorma melanjutkan, Temabar tumbuh di dalaman hutan, bentuk pohonnya mirip Bajakah dan hanya sebesar betis orang dewasa, hanya pemburu yang mengenal persis bentuk dan jenis pohonnya.
Sementara untuk akar Keriboro, bentuknya mirip ilalang, masyarakat Lundayeh sering meminum air rebusannya untuk mengobati sakit perut.
Selain itu akar Keriboro juga sering dijadikan bandul kalung atau gelang bagi anak kecil yang proses tumbuh kembangnya kurang baik, atau tiba-tiba sakit tanpa diketahui sebabnya (Lepen dalam bahasa Lundayeh).
‘’Baik Keriboro atau Temabar sudah lama menjadi rahasia kesehatan suku Lundayeh. Kalau orang sekarang menyebut corona, orang tua kami dulu menyebutnya sebagai Bulau. Sama persis gejalanya, yang diserang saluran pernafasan,’’ kata Dorma. (Dzulviqor)