NUNUKAN – Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara melakukan penelitian dan evaluasi terhadap padi ladang padi varietas lokal yang dinilai memiliki masa depan menjanjikan.
Hal itu dilakukan untuk membangun pertanian di wilayah Sebuku menjadi lebih baik, mandiri dan modern yang berbasis data dan informasi.
Penelitian dengan metode menghitung ubinan padi ladang ini dilakukan untuk dua kelompok tani yang berada di Kecamatan Sebuku.
Yakni kelompok tani di Desa Kekayap dan Desa Kunyit.
Hasilnya terjadi peningkatan signifikan jika dibandingkan angka ubinan tahun 2020 lalu.
Produktivitas padi tahun 2020 tercatat 2,5 ton/Ha, meningkat hingga mencapai 4 ton/Ha di tahun 2021,’’ jelas Bajib Misak, SST, kepala BPP Kecamatan Sebuku, Selasa (2/3/2021).
Dijelaskan Bajib, ada 59 rumpun padi ladang pada setiap ubinan yang dimiliki oleh dua kelompok tani tersebut.
Kelompok tani Siang Luas, Desa Kekayap, menghasilkan timbangan ubinan sebesar 2,75 kg. Jika dihitung per Ha, hasil produksi dapat mencapai 4,4 ton.
Sementara kelompok tani Siang Kunyit, Desa Kunyit, menghasilkan timbangan ubinan sebesar 2,95 kg. Jika dihitung, maka hasil panen akan memeperoleh hasil sekitar 4,7 ton/Ha.
Jika hasil perhitungan ubinan dikonversi dalam bentuk beras, maka kelompok tani Siang Luas, Desa Kekayap akan menghasilkan 2,5 ton beras yang jika dijual dengan harga Rp.10.000, / Kg maka nilai ekonomi yang didapatkan Rp.25.000.000.
Adapun untuk Kelompok tani Siang Kunyit, Desa Kunyit, akan menghasilkan 2,68 ton beras, potensi nilai ekonomi bisa mencapai Rp. 26.800.000.
‘’Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa bertanam padi memiliki keuntungan yang sangat besar dan nilai ekonomis yang sangat menjanjikan. Oleh karena itu, diimbau kepada petani untuk memperluas tanaman padi ladang pada tahun yang akan datang,’’ harap Bajib.
Kendati demikian terdapat sejumlah kendala bagi para petani di daerah tersebut. Mulai dari ketersediaan pupuk hingga proses panen yang masih menerapkan cara tradisional.
“Petani hanya mengandalkan unsur hara pada tanah kerena kesulitan pupuk, dan pasca panen gabah diolah dengan ditumbuk pada lesung untuk menghasilkan beras” jelas Bajib.
Para petani berharap kendala-kendala itu bisa menjadi perhatian Pemerintah khususnya kementerian pertanian,
“Petani berharap pemerintah bisa memberikan bantuan mesin penggilingan padi untuk memudahkan mereka dalam proses pasca panen” katanya. (Dzulviqor)
