NUNUKAN – Warga di wilayah pelosok terisolir perbatasan RI – Malaysia, tengah bergembira dengan beroperasinya penerbangan perintis rute Nunukan – Tau Lumbis, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Camat Tau Lumbis, Justinus, mengatakan, jangkauan pesawat perintis, menghidupkan asa dan memangkas keterisoliran yang terjadi, sekaligus menjadi akses mudah dalam mengurus administrasi kependudukan.
‘’Wilayah Tau Lumbis merupakan daerah dengan keterisoliran tinggi dan hanya mengandalkan lalu lintas sungai. Dengan adanya pesawat perintis, warga bisa menghemat waktu dan tenaga, juga lebih irit biaya,’’ ujarnya, Rabu (18/1/2023).
Justinus mencontohkan, biasanya, warga Tau Lumbis akan menghabiskan waktu 8 sampai 10 jam menuju ibukota Kabupaten Nunukan, melalui jalur sungai, dengan biaya mencapai belasan juta rupiah.
‘’Sekarang kita bisa naik pesawat dengan biaya Rp. 750.000 ke Nunukan, dengan waktu 40 menit sampai satu jam saja. Ini menjadi harapan warga kami memangkas keterisoliran, dan secara kultur budaya juga masyarakat bisa menyesuaikan yang di perkotaan,’’ imbuhnya.
Sebagaimana dituturkan Justinus, Bandara Bulawan Sumingkai, Tau Lumbis, awalnya dibangun pada 1978 dalam misi Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI).
Penerbangan pertama saat itu, dilakukan oleh pesawat Mission Aviation Fellowship (MAF).
Bandara di tengah pemukiman warga dengan panjang sekitar 750 meter dan lebar sekitar 25 meter tersebut, kemudian terbiar setelah pesawat MAF tidak lagi melayani penerbangan, karena misi gereja telah selesai saat itu.
‘’Dan awal 2023, ada lagi pesawat yang melayani rute tersebut, tentu ini adalah sebuah harapan dan cara agar warga kami menuju sejahtera dan semakin berkembang,’’ katanya antusias.
Justinus mengakui, selain lebih pada kemudahan transportasi, keberadaan pesawat perintis Smart Aviation yang melayani penerbangan saat ini, belum membuat disparitas bahan pokok teratasi.
Untuk menaikkan barang ke pesawat, ada biaya Rp 20.000/Kg, sehingga barang kebutuhan pokok masih lebih murah yang dibawa masuk Tau Lumbis menggunakan perahu.
Sebagai gambaran, jika harga beras 10 Kg dibanderol Rp. 110.000, maka sampai di Tau Lumbis akan menjadi Rp. 310.000 karena harus membayar bagasi pesawat sebesar Rp. 20.000/Kg.
Sementara jika warga berbelanja dengan perahu, meski harga beras ukuran 10 kg di wilayah kota Kecamatan Mansalong, seharga Rp 140.000, sampai Tau Lumbis akan dijual Rp 160.000.
‘’Masih sebatas jasa penerbangan sasarannya, belum pada kemudahan bahan pokok. Semoga kedepan ada SOA barang, sehingga Tau Lumbis bisa seperti dataran tinggi Krayan yang bisa mendapat alokasi Bapokting dari Nunukan dan kota lainnya,’’ harap Justinus.
Untuk diketahui, tahun 2023, Pemkab Nunukan, meneken kontrak dengan PT. Smart Cakrawala Aviation dengan anggaran sebesar Rp. 7.364.054.284,19.
Anggaran tersebut untuk melayani rute penerbangan Subsidi Ongkos Angkut (SOA) dengan rute Nunukan – Long Bawan (Krayan), sebanyak 416 flight, pulang pergi/PP, dan rute perdana, Nunukan – Tau Lumbis, sebanyak 104 flight (PP). (Dzulviqor)
777 dibaca, 3 dibaca hari ini
