NUNUKAN – Warga di Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Barat, mengeluhkan jembatan penghubung ke tempat mereka yang sudah lama mengalami rusak parah, namun hingga saat ini belum ada tindakan perbaikan dari Pemerintah.
Akibatnya, warga yang akan mengangkut hasil panen Tandan Buah Segar (TBS) dari areal kebun ke jalan raya, serta anak-anak sekolah yang melewati jembatan tersebut mengalami kesulitan.
‘’Sudah ambruk lama dan belum ada respon dari pemerintah, kami yang hanya warga kecil ini akhirnya urunan untuk membangun jembatan swadaya,’’ ujar Dalle salah seorang masyarakat setempat, Selasa (24/5).
Dalle menuturkan, kondisinya sudah sangat tidak layak untuk digunakan, wings jembatan sudah terbawa hanyut oleh banjir dan berimbas hancurnya box culvert dan fisik jembatan.
‘’Waktu jembatan hancur, kami terpaksa buat jalan, menyeberang sungai mengangkut hasil panen sawit menggunakan gerobak. Itupun kalau banjir tidak bisa menyeberang karena debitnya cukup deras,’’ imbuhnya.
Hal senada dikemukakan oleh Hambali, ia prihatin dengan anak-anak sekolah yang juga harus turun melewati sungai untuk menuju sekolah.
‘’Makanya masyarakat berharap betul jembatan itu dibangun kembali, ini adalah urat nadi bagi ekonomi warga Sei Limau dan kebutuhan penting untuk anak sekolah,’’ kata Hambali.
Perlu Perhatian Pemerintah Daerah
Menyikapi itu, Anggota DPRD Nunukan, Andre Pratama, meminta Dinas Pekerjaan Umum sebagai instansi yang bertanggung jawab atas infrastruktur bisa melihat masalah ini secara menyeluruh.
Terlebih, sebelum melintas ke jembatan yang rusak tersebut, terdapat kegiatan proyek penetrasi macadam yang dibangun sekitar 2019 lalu.
‘’Ini merupakan salah satu perkara urgent dan harus diperhatikan,’’ tegas Andre.
Dia berharap, Pemerintah Daerah bisa turun langsung melihat kondisi jembatan yang dikeluhkan oleh warga Sungai Limau.
‘’Sangat disayangkan salah satu infrastruktur andalan masyarakat setempat bisa terbiar begitu saja,’’ sesalnya.
Agar bisa dilewati, saat ini akses jembatan tersebut hanya ditutupi papan, sebagai upaya darurat yang dilakukan secara swadaya oleh warga.
Sementara itu, jembatan darurat dimaksud hanya bisa dilalui oleh kendaraan jenis pikap yang mengangkut hasil panen buah sawit milik masyarakat.
‘’Seharusnya bisa sekali jalan jika dimuat truck, mereka kerja bakti perbaiki jembatan demi anak sekolah bisa lewat dan belajar, masa yang seperti ini dibiarkan dan sama sekali tidak diperhatikan Pemerintah?,’’ kata Andre. (Dzulviqor)
