NUNUKAN – Salah seorang warga di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Amir Tuing, mengunggah sebuah kisah mengharukan tentang perjuangan berat istrinya, Kartini (38), saat hendak melahirkan, di moment perayaan HUT ke 77 Republik Indonesia.
Menariknya, kehamilan guru agama di SDN 007 Nunukan adalah yang ke empat kalinya, dan kali ini dengan kondisi tubektomi.
Tubektomi dapat diartikan sebagai tindakan untuk melakukan sterilisasi permanen (tutup kandungan) untuk mencegah kehamilan.
‘’Istri saya sudah melakukan tindakan tubektomi, mengingat sudah sering melakukan operasi, sehingga risiko keselamatannya di pertaruhkan apabila hamil lagi. Namun kenyataannya walaupun istriku sudah tubektomi, tapi tetap bisa hamil,’’ ujar Amir Tuing, dihubungi, Rabu (17/8), kemarin.
Melalui akun Andy Yudha Tuing Junior, Amir mengunggah kisah perjuangan istrinya, dengan maksud memperlihatkan betapa beratnya perjuangan seorang ibu menjaga kandungan.
Seluruh tenaga, pikiran dan waktunya tercurah kepada calon buah hati. Seringkali keringat mengucur akibat menahan sakit dan terjadi gangguan kehamilan.
Menurut Amir, kehamilan tubektomi yang dialami istrinya dianggap sebagai keajaiban.
Sebab, terhitung sejak 2006, istrinya harus menjalani operasi sesar untuk melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin perempuan.
Begitu pula pada saat melahirkan anak kedua pada tahun 2011, istrinya kembali harus menjalani operasi serupa.
Kemudian pada tahun 2015, istrinya menjalani prosedur kuret. Saat itu, ia mengalami pendarahan selama tiga bulan berturut turut, dokter mendiagnosa terjadi penebalan dinding rahim.
Selanjutnya tahun 2017, Kartini kembali menjalani operasi sesar untuk melahirkan bayi perempuan.
Lebih lanjut pada 2021, istri Amir mengalami keguguran saat janin masih berusia tiga bulan, saat itulah dilakukan upaya tubektomi.
Dan terakhir, dokter menyarankan operasi sesar di momen perayaan HUT RI 17 Agustus 2022.
‘’Ini sebuah keajaiban untuk kami. Dalam ilmu kesehatan, perbandingan orang yang sudah tubektomi, potensi hamil 10.000 orang banding satu orang yang bisa hamil. Jika peristiwa perjuangan kehamilan istri dirangkaian, meski beberapa kali bertaruh nyawa, tapi seorang ibu selalu bangkit menjadi lebih kuat,’’ kata Amir.
Tema HUT RI 77 tersebut, dirasa cukup relevan dengan kondisi istrinya, sehingga ia memposting kisah tersebut dengan tujuan pembelajaran.
Hikmah yang diambil, kata Amir, betapa perjuangan seorang ibu tidak mudah. Penuh dengan sakit menyiksa dan pertaruhan nyawa. Wajib bagi anak menghormati dan memuliakan ibunya.
Sama halnya dengan generasi bangsa yang wajib memberikan pengabdian dan perjuangan tulus bagi bangsa dan negaranya.
Hikmah kedua, adalah, kondisi apapun jika yang maha menciptakan berkehendak, maka akan selalu terjadi sesuai ketentuan-Nya.
Tidak ada perjuangan yang sia-sia, semua ada hasil sesuai dengan kadar perjuangannya.
‘’Sama halnya dengan semangat HUT ke 77 RI, kita harus mengilhami semangat pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat. Apapun kondisi kita, yakinlah selalu ada hari usaha kita tidak ada yang sia-sia. Semua proses akan menempa kita menjadi kuat. Dirgahayu Indonesia,’’ ucapnya.
Amir yang merupakan anak dari salah seorang veteran Dwikora, Muhammad Tuing, berharap anaknya bisa meneladani semangat kakeknya yang menciptakan sejarahnya sendiri.
‘’Akhirnya lahir anak perempuan. Saya kasih nama Dwikora Hasanah Putri, dengan harapan, mengilhami semangat perjuangan Dwikora,’’ tutupnya. (Dzulviqor)
