NUNUKAN – Selain menyoal kelangkaan BBM subsidi, arah CSR dari 31 perusahaan di Kabupaten Nunukan, Aliansi Mahasiswa Nunukan (AMN) juga mempertanyakan masalah kuota elpiji subsidi yang juga memiliki kemiripan kasus dengan BBM yang sering langka dan susah didapat.
Dalam RDP di ruang Ambalat DPRD Nunukan, Selasa (13/9), kelangkaan elpiji cukup ramai dibahas.
Data yang disajikan Kepala Bagian Ekonomi Setkab Nunukan, Rohadiansyah, dianggap tidak tepat dan mengada-ada.
Tudingan tersebut, diungkapkan anggota DPRD Nunukan, Adama.
‘’Data kuota elpiji subsidi sebulan 68.000 tong itu data kapan? Kita DPRD dua kali rapat di tahun 2019, kuota dikatakan hanya 40.000 tong. Lalu rapat 2021 lalu, datanya berkurang lagi jadi 20.000 tabung. Salah itu datanya,’’ ujarnya.
Adama menegaskan, suplai elpiji subsidi, biasanya dibongkar di Pasar Baru, dan dia selalu turun untuk melakukan pengawasan.
Selama ini, ia hanya mendapati kapal kayu pengangkut elpiji subsidihanya membawa 5000 tabung sekali berlabuh.
Jika dikalkulasikan secara hitungan kasar, maka alokasi elpiji subsidi dalam sebulan hanya 20.000 tabung saja.
‘’Kalau 20.000 saya tidak akan protes kenapa masyarakat berebut mendapat elpiji melon. Banyak yang antre berjam jam tapi gak dapat dan mereka mempertanyakan masalah ini ke DPRD. Kalau memang 68.000 perbulan, saya tanya, kemana itu yang lebih 40.000 tabung itu?,’’ kata Adama.
Adama juga menantang Pemkab Nunukan untuk turun lapangan bersama sama DPRD untuk memastikan jumlah elpiji yang masuk setiap bulan.
Kepala Bagian Ekonomi Setkab Nunukan, Rohadiansyah, menjawab, data yang ia paparkan adalah data riil dari PT Pertamina sejak 2016.
Dimana 68.000 tong gas elpiji subsidi tersebut, disalurkan ke dua agen, yaitu, Karya Liem 22.400 perbulan dan Sebatik Island 46.480 tong perbulan. Jumlah tersebut disalurkan ke 90 pangkalan.
‘’Setiap kedatangan saya tanda tangani manifest, ada empat kali kedatangan kapal. Tapi untuk masukannya, kita akan tindak lanjuti, dan kita akan jadwalkan turun bersama ke lapangan untuk melakukan pengecekan,’’ kata dia. (Dzulviqor)
