NUNUKAN – Kritik soal tingginya harga elpiji subsidi berkapasitas tiga kilogram kembali mencuat di media sosial Facebook.
Seperti yang disampaikan oleh salah satu warganet di group Peduli Nunukan, akun bernama Aliss mengajak masyarakat menelusuri asal usul isi ulang tong gas tiga kilogram yang menembus harga enam puluh ribu rupiah hingga tujuh puluh ribu rupiah per tabung.
Bahkan, dia meminta masyarakat Nunukan tidak berdiam diri jika menemukan pengecer elpiji yang menjual jauh di atas harga normal.
Sebab, jika hanya diam praktek curang itu akan menjadi lahan basah bagi para pengecer elpiji subsidi yang memanfaatkan keadaan.
Oleh karenanya dia berharap, situasi tersebut, menjadi perhatian khusus Pemkab Nunukan, sehingga ada tindakan, dan harga kembali normal.
Menanggapi itu, Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Nunukan, Rohadiansah, akan memastikan kebenaran isu yang menjadi perhatian publik tersebut.
‘’Saya akan cek pengawas di lapangan. Informasi harga tinggi, di pangkalan, atau pengecer yang tidak resmi,’’ ujarnya, Sabtu (30/7).
Menurut Rohadiansyah, langkah investigasi dibutuhkan, karena pihaknya sudah sangat sering menerima informasi serupa.
Dan ternyata, kejadian tersebut terjadi di luar Pulau Nunukan, yang memang tidak berhak mendapatkan elpiji subsidi.
‘’Karena pernah juga ada keluhan seperti itu. Ternyata di Sebuku dan Tulin Onsoi, yang tidak masuk dalam kuota tersebut,’’ imbuhnya.
Rohadiansah menegaskan, saat ini distribusi dari Pertamina ke agen, tidak ada kendala.
Pertamina memberikan kuota sekitar 68.000 tabung perbulan, dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp. 20.0000 per tabung di tingkat pangkalan.
‘’Pengawas sudah ada setiap pangkalan. Jadi informasi seperti di FB, mestinya harus jelas dimana lokasinya. Sehingga, paling tidak ada dasar kami, cek di lapangan,’’ tegasnya. (Dzulviqor)
