NUNUKAN – Seorang buruh selam, Asep Saefudin (36) warga Dusun Cikawung RT. 03 RW. 03 Desa Cidahung Hilir, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, hilang di wilayah perairan Sebuku, di pedalaman Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Kapolsek Sebuku, Iptu Siswandoyo, mengungkapkan, pencarian terhadap Asep, sudah memasuki hari keempat, sejak dilaporkan hilang pada Selasa (3/1/2023) sore.
‘’Pencarian terkendala dengan cuaca. Arus sungai sedang kuat-kuatnya karena musim hujan. Selain sangat keruh, kita tidak memiliki sarana alat pendukung apapun untuk memudahkan pencarian,’’ ujarnya, dihubungi, Jumat (6/1/2023).
Siswandoyo menjelaskan, sebelumnya Asep bersama dua temannya akan mengevakuasi bangkai tug boat yang patah di perairan Sebuku, menggunakan sarana transportasi kapal kayu dari perusahaan yang mempekerjakan mereka.
Namun, pada Senin (2/1/2023), para pekerja tersebut kehabisan bekal makanan/ransum. Mereka memutuskan untuk pergi ke pemukiman penduduk dan berbelanja sembako, kapal bertambat di dermaga logpond milik PT. Adindo, di gunung patak, Desa Pembeliangan, Kecamatan Sebuku.
‘’Tapi ternyata kapal tersebut bocor. Mereka pun menyalakan mesin alkon untuk menguras air yang masuk kapal,’’ tutur Siswandoyo.
Setelah itu, ketiganya pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan pokok. Sayangnya, begitu kembali, kapal mereka telah tenggelam.
Bingung bagaimana bisa kembali ke lokasi kerja, dan menyelesaikan tugas mereka, ketiganya berembug dan mencoba membicarakan solusi.
‘’Sampai akhirnya pada Selasa 3 Januari 2023, korban memutuskan untuk menyelam, dan mengambil barang-barang dari kapal. Lokasi tenggelamnya kapal terbilang dangkal karena masih terlihat tiang bendera kapal,’’ lanjut Siswandoyo.
Korban akhirnya melepas pakaian dan berupaya menyelam untuk sebisa mungkin mengeluarkan barang-barang yang sekiranya masih mungkin digunakan.
Sementara kedua temannya menunggu di daratan. Namun sejak itu, korban tidak pernah muncul kembali ke daratan.
‘’Ada beberapa kemungkinan, analisa kami, korban terjebak dalam ruangan kamar kecil di kapal yang tenggelam. Karena mencari barang di air sungai yang sangat keruh, hanya bisa dilakukan dengan meraba-raba. Sedangkan kemungkinan kedua, perairan tersebut, menjadi habitat buaya. Kemungkinan kesana, juga sudah barang tentu ada,’’ jelasnya.
Kondisi alam yang tidak mendukung, serta nihilnya aktivitas perusahaan Adindo, menjadi salah satu kendala yang terjadi.
Selain melakukan pencarian di titik lokasi perkiraan korban hanyut, Siswandoyo juga selalu memantau jalur perairan Sebuku, berharap ada tug boat perusahaan lewat. Namun sampai hari ini, tidak ada satupun kapal tunda yang melintas.
‘’Tidak ada alat berat sama sekali. Tadinya kalau ada tug boat lewat, kita minta tolong untuk membantu evakuasi kapal kayu yang tenggelam. Kami juga sudah koordinasi dengan Pos AL, apabila ada tug boat lewat agar diinformasikan supaya ada evakuasi. Mohon doanya agar korban segera ditemukan,’’ kata Siswandoyo. (Dzulviqor)
