NUNUKAN, KN – Desa Srinanti, Kecamatan Seimanggaris, Nunukan, Kalimantan Utara, patut menjadi teladan dalam pengelolaan potensi desa.
Tak hanya sukses dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang fokus pada penyaluran air bersih dan program ketahanan pangan hortikultura, kini desa ini juga berhasil mengaktifkan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih dengan pendekatan yang inovatif.
Kepala Desa Srinanti, Rusmini Hakim, mengungkapkan, pengelolaan Kopdes Merah Putih sepenuhnya mandiri, tanpa bergantung pada anggaran desa layaknya BUMDes.
“Kopdes murni tidak ada sumber keuangan desa. Kami mendirikan Kopdes ini layaknya anak bungsu, setelah BUMDes sebagai anak sulung,” ujarnya saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Modal Awal dari Iuran Anggota
Kemandirian Kopdes Merah Putih bermula dari strategi unik Rusmini dalam mengumpulkan modal.
Setelah melalui musyawarah desa, terpilih lima pengurus inti dari sebelas pendaftar, terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Wakil Bidang Usaha, dan Wakil Bidang Keanggotaan. Ditambah tiga pengawas, total delapan pengurus inti siap menjalankan Kopdes.
Langkah selanjutnya adalah membuka pendaftaran anggota.
“Ada 100 warga bersedia bergabung, dan kami langsung menutup pendaftaran. Kami menerapkan iuran wajib Rp500.000 per pendaftar, dan iuran wajib bulanan Rp50.000,” jelas Rusmini.
Selain itu, pemerintah desa juga mengalokasikan anggaran untuk mengurus perizinan administrasi di notaris, menjadikan Kopdes Merah Putih Srinanti sebagai badan usaha yang legal.
Dari iuran pendaftaran 100 anggota, terkumpul modal awal sebesar Rp50 juta.
Dana ini kemudian disepakati untuk memulai usaha penyediaan pupuk bagi petani kelapa sawit.
Solusi Kelangkaan Pupuk Fokus Utama Bisnis Kopdes
Keputusan untuk bergerak di bidang penyediaan pupuk bukanlah tanpa alasan.
“Jumlah pupuk di Seimanggaris itu jauh sekali dari kata cukup. Maka, gagasan pertama yang muncul dari warga kami adalah bagaimana memulai ketersediaan pupuk,” tutur Rusmini.
Potensi pasar sangat besar, mengingat wilayah Kecamatan Seimanggaris memiliki ratusan ribu hektare lahan kelapa sawit.
Khususnya di Desa Srinanti, sekitar 400 warga memiliki lahan sawit lebih dari 10.000 hektare, belum termasuk lahan usaha (LU), hutan tanaman rakyat (HTR), dan status lahan lainnya yang di luar domain pemerintah desa.
Kopdes Srinanti kini telah menjalin kerja sama dengan pemasok pupuk dari Bontang, Surabaya, dan bahkan Malaysia untuk memenuhi kebutuhan petani.
Mimpi Besar Kopdes Merah Putih
Selain penyediaan pupuk, Kopdes Merah Putih Srinanti memiliki visi jangka panjang yang ambisius.
“Setelah mimpi awal ini berjalan, kami memiliki mimpi lain, yaitu memiliki timbangan buah digital. Kami akan bekerja sama dengan perusahaan untuk menimbang buah hasil panen masyarakat sebelum dikirim ke perusahaan,” kata Rusmini penuh optimisme.
Unit usaha ketiga yang sedang direncanakan adalah menjalin kerja sama dengan perusahaan pertambangan.
“Jadi, ketika mereka ada program reklamasi, kami yang menyiapkan bibit. Mereka tinggal menanam. Alhamdulillah, komunikasi kami bagus dengan perusahaan, sehingga kami optimistis ini bisa dilakukan,” imbuhnya.
Terakhir, Kopdes ini juga akan menjalankan unit usaha simpan pinjam, layaknya koperasi pada umumnya, untuk memberikan akses permodalan bagi anggotanya.
“Jadi, ketika desa lain masih menunggu regulasi, kami sudah bergerak. Kami ingin ekonomi masyarakat terus meningkat menuju sejahtera, sebagaimana tujuan pendirian Kopdes,” tutup Rusmini.
