NUNUKAN – Lomba gerak jalan indah, HUT ke 23 Kabupaten Nunukan, sukses digelar dengan menampilkan ratusan regu peserta yang berasal dari berbagai kalangan, Sabtu (22/10) kemarin.
Salah satu regu peserta yang menarik perhatian publik adalah barisan yang menampilkan sejumlah tokoh pewayangan Jawa.
Terdapat dalang, serta banyak tokoh pewayangan purwa, antara lain, Lesmana, Gatot Kaca, Srikandi, Arjuna, Minak Jinggo, dan Punakawan, terdiri dari Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng, juga banyak tokoh lain.
‘’Kita tampil dengan budaya kental kejawen. Kita coba menampilkan wayang Purwa. Sekaligus mengenalkan wayang di Nunukan yang merupakan wilayah perbatasan Negara,’’ ujar Dalang sekaligus Komandan Pleton, Sulianto.
Menurut Sulianto, budaya wayang merupakan warisan sejarah yang penuh petuah dan pelajaran hidup.
Falsafah tersebutlah yang ingin ditonjolkan sebagai harapan baik bagi HUT ke 23 Nunukan.
Kata Sulianto, regu barisan wayang yang ia pimpinan mengangkat tema “Goro – Goro”. Dalam pewayangan, Goro – Goro selalu ada, untuk pemanis setiap lakon cerita, sehingga menjadi menarik.
Biasanya goro-goro muncul mendekati klimaks cerita, banyak lucunya ketimbang suasana tegang. Itulah Indonesia yang memerlukan suasana santai di setiap terjadi situasi tegang.
Di dalam goro-goro banyak sentilan tajam, tidak menyakitkan karena diekspresikan dengan gurauan atau dagelan.
Kadang-kadang diselingi dengan gaya “ngledek”, bisa bikin sebel. Tetapi kalau direspons dengan nalar pikiran sehat, bisa jadi obat sakit kepala pusing.
‘’Tapi pada intinya, kita ingin mengenalkan budaya nasional yang menjadi kekayaan Negara kita. Ini juga sebagai penegasan bahwa wayang adalah budaya Indonesia, bukan budaya Negara tetangga,’’ kata Sulianto lagi.
Banyak nasehat bijak yang bisa jadi pegangan hidup akan lebih diterima jika disampaikan dengan guyon dan selingan kocak.
Hal tersebut bisa dicontoh dari Punakawan yang sebetulnya adalah pribadi yang unggul dalam ilmu, kesaktian, berwawasan luas, mumpuni dalam masalah kehidupan serta bijaksana.
Dengan linuwih tersebut, Punakawan malah memilih hidup sederhana. Mereka terus berusaha membumi agar selalu peka dengan sekitar.
Sosok Punakawan kental diselubungi falsafah hidup orang Jawa. Meski perwujudan anggota badannya tidak sewajarnya orang, justru disana terselip pesan dan nasehat moral.
Kira-kira pesan moralnya : Carilah makna-makna di balik segala sesuatu. Janganlah hanya terpesona keindahan wujud wadag.
Manusia selayaknya belajarmembaca bahasa lambang. Dibalik wujud luar yang kelihatan kurang atau tidak sempurna, tersimpan beragam rahasia kehidupan.
Dalam kisah pewayangan,Punakawan, bukan sekedar abdi, melainkan juga sebagai pengasuh.
Meskipun memiliki wawasan, ilmu dan kesaktian yang tinggi, dengan sifat sederhananya mereka tidak mau mensejajarkan diri dengan bendara/tuannya.
‘’Pesan itu yang kita bawa. Linuwih itu dibuktikan dengan sikap, memberi pendapat, nasehat, wawasan ketika ditanya. Meminta ijin dahulu ketika tidak ditanya. Menghibur di kala duka, dan selalu mengingatkan ketika bendara/majikan khilaf atau melakukan kesalahan. Selamat HUT 23vNunukan,’’ kata Sulianto. (Dzulviqor).
