Connect with us

Hi, what are you looking for?

Pendidikan

Cerita Relawan WPP, Tak Lelah Datangi Anak Anak Eks PMI Malaysia Setiap Petang Demi Mengentaskan Buta Aksara

NUNUKAN – Keberadaan sejumlah anak anak eks Pekerja Migran Indonesia (PMI) Malaysia, yang masih buta aksara di perbatasan RI – Malaysia, menggugah kepedulian dan keprihatinan para penggiat literasi yang tergabung dalam Komunitas Wahana Pendidikan Perbatasan (WPP) di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Komunitas dimaksud, dengan penuh kesadaran mendaklarasikan pemberantasan buta aksara.

Untuk mencapai tujuan, kelompok anak muda ini mendatangi langsung sasaran mereka setiap petang.

‘’Kita berusaha bagaimana agar anak anak eks PMI kita itu tertarik untuk tahu huruf. Kita ajak mereka bermain dengan lidi, berhitung dengan alat mirip sempoa yang biasa digunakan di SD, juga membawakan gambar-gambar hewan dan abjad warna warni demi membuat mereka mau untuk terus belajar,’’ ujar salah satu relawan WPP Serlyna, Selasa (2/5/2023).

Serlyna (19), mengaku tertarik bergabung dengan para relawan WPP sejak ia duduk di bangkus kelas 11 SMA.

Ia yang berteman akrab dengan Masyita (22), yang lebih dulu terjun menjadi relawan di WPP, memutuskan ikut membantu dan merasakan bagaimana berjuang membuat anak anak usia SD untuk mengenal huruf, sampai bisa membaca.

‘’Ada latihan kesabaran, ada sebuah kebanggaan dan kegembiraan yang kita rasakan ketika anak yang kita ajar akhirnya bisa membaca. Rasa kepuasan batin itu yang membuat saya terjun langsung jadi relawan. Karena kebahagiaan batin, membuat kita semakin dewasa dan peduli dengan nasib sesama,’’ imbuh Serly.

Serly tidak membantah sering kesal ketika anak anak yang ia ajar, sulit memahami materi yang ia sampaikan.

Tidak jarang, anak anak melawan atau protes tak masuk akal yang memancing emosi dan kejengkelannya.

‘’Seninya disitu, saya yang masih sekolah akhirnya merasakan bagaimana perasaan guru kita. Pengalaman itu menempa kita menjadi pribadi yang lebih peka dan mawas diri,’’ lanjutnya.

Baca Juga:  Guru SDN 010 Sembakung Adukan Kepala Sekolah ke Disdikbud Nunukan, Mengapa?

Senior Serly, Masyta, juga tidak membantah, sulitnya anak anak eks PMI memahami pelajaran, terkadang membuat emosinya naik.

Hanya saja, seorang pengajar, tentu tidak hanya menyampaikan materi tanpa bekal moral dan etika.

Modal tersebut, menjadi pegangan seorang guru yang berarti Digugu (Dianggap/dijadikan panutan) dan ditiru.

‘’Sejak WPP berdiri 2020, kita sudah menghadapi banyak watak anak anak. Dan ragam sifat anak itu membuat kita makin kaya akan inovasi dan metode mengajar. Awalnya mungkin sering emosi, tapi kita belajar sabar dan selanjutnya kesabaran menumbuhkan imajinasi untuk metode pengajaran bagi anak anak,’ ’jelasnya.

Memutuskan sebagai relawan literasi dengan sasaran anak anak eks PMI yang buat aksara, berarti sudah siap mental dengan risiko kenakalan mereka.

Namun yang namanya anak anak, tentulah akan menjadi pribadi sebagaimana ia diajar dan ditempa secara karakternya.

‘’Ketelatenan, rasa peduli kita ke mereka, berbuah penghormatan dan kesungguhan anak anak dalam belajar,’’ kata Masyita.

Meskipun para relawan adalah guru bagi anak anak eks PMI, sejatinya mereka juga mengambil banyak sekali hikmah dan pelajaran berharga dari kisah kisah keluarga PMI.

Kesulitan PMI menyekolahkan anaknya, status ilegal PMI yang memaksa mereka menjadi target operasi aparat Polisi Malaysia, membuat para relawan memiliki kecintaan dan memupuk peduli.

‘’Kita banyak belajar dari kisah kisah yang dituturkan orang tua murid kami di sela mengajar. Kisah kehidupan mereka di negeri sebelah, membuat semangat kita semakin kuat untuk terus mengajar anak anak mereka. Justru kisah kehidupan mereka yang seakan terus memberikan spirit untuk menjadikan anak anak eks PMI bisa membaca, lalu bersekolah dan berbaur dengan teman sebayanya,’’ kata Masyita lagi.

Baca Juga:  Juara I Fahmil Qur’an Putra dan Putri Diborong Kafilah Asal Nunukan

Sejauh ini, para relawan hanya bisa menemui anak anak eks PMI setelah Maghrib sampai pukul 21.00 wita.

Dari pagi sampai sore, mereka meninggalkan rumahnya untuk bekerja sebagai buruh ikat rumput laut.

‘’Kalau ditanya dari mana kami dapat gaji, tentu tidak ada. Tapi kita diberi kekayaan hati, kepuasan batin yang membuat kita merasa bermanfaat bagi orang lain. Itu sesuatu yang mahal dan mewah menurut kami,’’ tegasnya.

Masyita, Serlyna dan relawan lain di WPP, memiliki mimpi suatu saat nanti, mereka memiliki sebuah bangunan untuk mengajar.

‘’Bolehlah kalau kami mempunyai mimpi. Kami semua sering memimpikan punya bangunan untuk mengajar anak anak PMI. Selama hati kami masih dimantapkan sebagai pengajar, kita tidak berhenti menjadi guru anak anak eks PMI,’’ katanya.

Untuk diketahui, WPP merupakan sebuah komunitas yang didirikan oleh AKP Iberahim Eka Berlin, yang saat ini, menjabat sebagai Kabag Ops Polres Nunukan, Kaltara.

Awalnya, pada 2016, Berlin membangun sebuah Rumah Belajar untuk menampung anak anak usia SD yang orang tuanya sibuk bekerja di kawasan pelabuhan.

Berlin yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Tunon Taka, Nunukan, mendapati pedagang asongan dan buruh pelabuhan membawa anaknya bekerja.

Karena khawatir dan takut melihat anak anak kecil berlarian di kawasan dermaga, dan rentan jatuh tercebur ke laut, Berlin menampung sekaligus menugaskan para Polisi untuk mengajar mereka.

Seiring jalannya waktu, rumah belajar dibuka di sejumlah tempat, dan berganti nama menjadi warung Kamtibmas. Yang juga berfungsi mendukung kinerja dan tugasnya sebagai anggota Polisi.

Bangunan bangunan tersebut, bukan hanya dijadikan sarana belajar anak anak di kawasan pinggiran perbatasan RI – Malaysia saja, melainkan juga menjadi tempat diskusi, urun rembug dan penyelesaikan kasus Kamtibmas.

Baca Juga:  Pendaftaran Kompetisi Debat Pelajar ke-2 Dibuka! Ini Syarat & Ketentuannya

Berlin bahkan mendapat penghargaan dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian atas inovasinya tersebut.

Tahun 2020, Berlin membentuk Wahana Pendidikan Perbatasan (WPP) dan merekrut sekitar 20 relawan untuk fokus pada dunia literasi.

Para relawan membantu pemberantasan buta aksara dan membantu kelancaran belajar anak anak saat pandemi Covid-19, sampai hari ini. (Dzulviqor)

Loading

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Kabar Lainnya

Nunukan

Polisi Selidiki Kejanggalan di Perusahaan Plat Merah

Nunukan

NUNUKAN – Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Nunukan, merilis hasil investigasi kasus hilangnya uang nasabah bernama Betris, senilai kurang lebih Rp. 384 juta, Selasa,...

Hukum

Menanggapi keterlibatan dua angotanya, Syaiful menegaskan, tidak ada toleransi bagi anggotanya yang terlibat penyalahgunaan narkoba.

Olahraga

NUNUKAN – Sabri, salah satu Atlet panjat tebing asal Nunukan, yang pernah meraih medali emas (perorangan) pada PON XVII 2012 di Riau, Perunggu (perorangan)...