NUNUKAN – Aliansi Mahasiswa Nunukan, Kalimantan Utara, yang terdiri dari 8 OKP, masing masing, PMII, LMND, GMKI, IMM, GAMKI, PM NTT, FKMPKN, dan IMDKN, melakukan aksi demo di depan Gedung DPRD Nunukan, Selasa (6/9).
Dihadapan wakil rakyat, mereka menekankan kesulitan masyarakat di daerah terisolir yang berdampak langsung oleh kenaikan harga BBM.
‘’Keadilan belum sepenuhnya dirasakan di ujung pelosok negeri. Ini malah ditambah lagi dengan tekanan kemelaratan akibat kenaikan harga BBM. Kebijakan yang mencekik rakyat saat mereka masih berusaha bangkit dari keterpurukan akibat hantaman COVID-19,’’ujar Jenderal Lapangan, Muhammad Yusuf.
Protes mahasiswa juga diwarnai dengan aksi membakar ban bekas, dan dikawal ketat oleh aparat keamanan.
Isu lain yang diteriakkan oleh mahasiswa, distribusi elpiji bersubsidi ukuran tiga kilogram yang tak kunjung terselesaikan dengan baik.
‘’Sudah antre berjam jam, mereka tidak dapat jatah. Kondisi ini berlarut, seakan akan tidak ada tindakan dari pemerintah. Hanya demi hidup, mereka rela berdesakan tidak peduli covid-19. Belum lagi mentas dari kesulitan, napas mereka kian tipis dengan naiknya BBM,’’ imbuhnya.
Selain itu, jargon BBM satu harga yang selalu didengungkan oleh Pemerintah, menurut pengunjuk rasa belum merata.
‘’Gambaran ini menguatkan anggapan ada monopoli oleh mafia migas di Nunukan. katanya kuota cukup tapi kelangkaan dan pemandangan antrean tidak pernah berhenti. Usut tuntas mafia migas. Sampaikan teriakan dari perbatasan ke Pemerintah pusat,’ ’tegasnya. (Dzulviqor)
