NUNUKAN – Komunitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bagen Tawai di Desa Sekaduyan Taka Kecamatan Sei Manggaris, Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, menyuarakan cinta alam dan menafikan perbedaan.
‘’Kesadaran atas budaya yang berbeda memungkinkan untuk saling mempelajari cara-cara berkomunikasi yang unik sehingga semangat keragaman budaya terus bertunas dan menjadi benih harmoni,’’ ujar Ketua Pokdarwis Bagen Tawai, Rici Sugianto, Sabtu (8/1/2021).
Pokdarwis dengan mayoritas anggotanya suku Dayak Kenyah ini, mengajak warga di perbatasan RI – Malaysia untuk berpegang teguh pada frasa Bhinneka Tunggal Ika.
Hal tersebut berkaitan dengan keragaman budaya yang dewasa ini kerap memicu konflik sebagai reaksi akan perbedaan yang tidak dipahami sebagai kemajemukan dan keharmonisan.
Rici menegaskan, Pokdarwis Bagen Tawai juga sudah berikrar dan berkomitmen menjaga kearifan lokal dalam rangka mencegah konflik sosial khususnya penyebaran radikalisme.
‘’Warga Kenyah, masih mengimani dengan kuat, bahwa harmoni dalam keberagaman sosial budaya menjadi urat nadi untuk mencapai keserasian, dan keselarasan. Hal tersebut adalah cerminan dari Bhineka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetap satu jua,’’ tegasnya.
Masih kata Rici, kita semua hidup di satu komunitas besar yang disebut komunitas budaya.
Masyarakat Dayak, dan masyarakat adat manapun, semuanya telah mapan dengan kebudayaannya.
Mereka masing masing unik dan memiliki warisan sejarah yang kaya, unsur itu kemudian dipadu padankan yang kemudian menyatukan mereka menjadi Indonesia.
Pokdarwis Bagen Tawai, hadir untuk selalu melestarikan alam, budaya dan kerajinan lokal. Termasuk seni tari, kulintang, maupun kuliner.
Mereka juga gencar mempromosikan potensi kekayaan dan destinasi wisata di kampungnya dengan mendesain kaos dengan gambar segala hal yang berkaitan dengan adat istiadat dan budaya Kenyah.
Selain usaha mandiri kemasyarakatan, Pokdarwis ini juga tengah berupaya melestarikan batik asli Nunukan yang dikenal dengan nama batik Lulantatibu.
Batik dengan corak gabungan dari 4 etnis, masing masing, Dayak Lundayeh, Dayak Tagalan, Dayak Taghol, Dayak Tidung dan Bulungan, dilambangkan sebagai persatuan.
Batik Lulantatibu sendiri saat ini telah dipatenkan dan resmi menerima HAKI pada bulan Mei 2017 lalu.
Komunitas ini, telah mendapat support dari Dinas Sosial Provinsi Kaltara dan Dinsos Nunukan.
‘’Dukungan diberikan dengan cara mengupayakan Pokdarwis Bagen Tawai mendapat bantuan dari Kementrian Sosial. Terima kasih untuk supportnya,’’ kata Rici.
Untuk diketahui, Pokdarwis Bagen Tawai, diresmikan oleh Kadis pariwisata Nunukan pada 28 Februari 2020 di rumah Suku Adat Kenyah Desa Sekaduyan Taka Seimanggaris (Dzulviqor).
