NUNUKAN – Warga Muhammadiyah di Nunukan, Kalimantan Utara, menunaikan sallat Idulfitri di halaman Sekolah Madrasah Muhammadiyah, di Nunukan Timur, Jumat (21/4/2023).
Terlihat penjagaan aparat TNI Polri, mengawal jalannya ibadah Ied, yang diikuti ratusan jamaah Muhammadiyah tersebut.
Tokoh Muhammadiyah Nunukan, Ustad Harun Zein, mengatakan, sebagian umat muslim masih menjalankan siyam Ramadan dan akan merayakan Idulfitri, Sabtu (22/4/2023).
“Perbedaan ini, jangan mengusik dan mencabik persatuan. Sejak Muhammadiyah berdiri seabad lalu, sudah menggunakan metode hisab. Cara ini mengikuti perkembangan terknologi,” ujarnya, Jumat (21/4/2023).
Meski beda dalam teori melihat pergantian bulan, fenomena tersebut sudah terjadi lama, dan tidak membuat perselisihan.
“Ukhuwah tetap terjaga hingga kini,” imbuhnya.
Dalam ceramahnya, Harun menyisipkan pesan menyongsong Pemilu 2024.
Menurutnya, tidak salah jika tahun politik dijadikan moment untuk saling mengingatkan, khususnya untuk hak konstitusi warga Indonesia menjatuhkan pilihan terhadap sosok calon pemimpin nanti.
“Calon pemimpin yang kita pilih hendaknya sosok beriman, agar tidak menimbulkan kerusakan,” katanya.
Mengenai kriteria, Al-Qur’an sudah memberikan kriteria sosok pemimpin, sebagaimana tercantum dalam surah Al Maidah ayat 51, Annisa ayat 58, dan Al Qashas ayat 26.
“Dalam Al Imran ayat 28, jelas dikatakan agar tidak menjadikan orang kafir sebagai pemimpin,” tegasnya.
Selain itu, Muhammadiyah memandang pentingnya sosok calon pemimpin menguasai bahasa internasional.
Ketika pemimpin menguasai bahasa asing, dia akan memahami betul mana narasi dusta dan mana kebenaran.
Seorang pemimpin hendaknya tidak butuh fase rupiah yang membebani APBN.
“Sehingga masyarakat tidak perlu menunggu amplop pembeli neraka. Karena pilihan kita, akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat,” lanjutnya.
Pemimpin harus punya jiwa nasionalisme, sehingga negara yang ia awaki, tak mudah dikuasai asing atau istilahnya oligarki.
Negara tidak bakal terjatuh dalam oligarki jika pemimpinnya tidak serakah, dan rakus akan dunia.
Ia juga menukil ucapan Gatot Nurmantyo yang menyatakan Indonesia dalam bahaya dan ujung tanduk kehancuran.
Begitu juga dangan statemen Amin Rais yang mengatakan, bahwa hutang Indonesia sekitar Rp. 488 Triliun.
Harun Zain juga mengatakan, saat ini, banyak aset RI diambang penguasaan RRC.
Padahal dalam UU 1945, Pasal 28 ayat 2, bumi, air dan kekayaan didalamnya dikuasai negara dan digunakan untuk kesejahteraan warganya.
“Belum lagi tenaga kerja Indonesia tidak lebih sejahtera ketimbang tenaga aseng dan asing. Untuk itu, nasib anak cucu kita ditentukan pada pilihan kita di Pemilu 2024,” kata dia.
Muhammadiyah juga berdoa agar gelaran Pemilu 2024 berlangsung jujur dan adil (Jurdil). Tidak ada lagi jiwa melayang akibat kelelahan, sebagaimana yang terjadi di Pemilu 2019.
Saat itu, terdata sekitar 800 orang penyelenggara Pemilu meninggal dunia akibat kelelahan.
Anehnya, kata Harun Zain, tidak satu pun korban yang diperbolehlan autopsi untuk mengetahui sebab kematian mereka.
“Hal itu menjadi kezaliman penguasa. Untuk itu, bagi saudara seiman dan setanah air, jangan masa bodoh dengan politik agar tak mudah dibohongi,” tegasnya.
Umat muslim tidak boleh meninggalkan generasi kita dalam keadaan lemah iman, lemah mental, dan lemah ekonomi.
Kita harus mencetak generasi robbany, generasi yang memiliki cinta dan takut kepada Tuhannya.
Muslim harus menjadikan generasinya, bijak bertindak, kritis dalam berfikir, dan memiliki ilmu pengetahuan luas sebagai guiden dan barometer dalam bertindak.
“Tidak boleh generasi kita menjadi lemah ekonomi, agar tidak jadi kacung peminta minta. Generasi muslim harus kokoh secara mental dan karakter. Memiliki marwah dan harga diri, yang malu melanggar etik kehidupan. Mereka wajib mandiri dan melekat padanya ciri orang bertaqwa,” kata Harun Zein. (Dzulviqor)
