NUNUKAN – Sebanyak 567 penari, di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mempersembahkan tarian Jepen, yang merupakan tarian khas Suku Tidung, Kamis (12/10/2023).
Para penari, berkumpul di depan Gedung DPRD Nunukan, setelah mengikuti sidang paripurna khusus menyambut HUT ke 24 Nunukan, dan menampilkan gerak tari yang diberi nama ‘Tarian Impong De Lunas Insuai’.
Koordinator Pelatih Tari Jepen, Sura’i, menjelaskan, Impong De Lunas Insuai, merupakan bahasa Suku Tidung, yang memiliki makna, ‘Jangan terpecah belah dalam satu tujuan yang sama’.
Hal tersebut merupakan upaya Suku Tidung menyatukan perbedaan dan bersatu padu, bekerja bersama untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Bahasa itu juga menjadi semboyan Suku Tidung,” ujar Sura’i.
Dia menjelaskan, hanya ada empat gerakan sederhana dalam tarian tersebut. Kendati demikian, setiap gerakan memiliki arti dan makna filosofi mendalam.
Di dalamnya terkandung pesan persatuan, dan mengajak setiap individu untuk mawas diri.
Selalu ingat akan siapa diri kita, sehingga tidak melupakan sang pencipta.
Gerak pertama dari Tarian Impong De Lunas Insuai, adalah gerakan sembah, dimana penari menyatukan kedua telapak tangan layaknya salam namaste.
Gerakan tangan dari bawah ke atas dengan posisi tangan bersedekap dan posisi tubuh sedemikian rupa, mengartikan tunduk dan penghambaan kepada Sang Pencipta, Allah Subhanahu Wataala.
Selanjutnya, ada gerak ‘pilamboi’, tangan seakan meraup sesuatu, yang memiliki makna memohon rejeki yang berkah dan bermanfaat.
Gerak ketiga, posisi badan miring dengan pinggang rendah dan tangan melambai dengan jari jari menari sedemikian rupa, memiliki arti selalu bekerja sama tanpa membedakan keyakinan, atau suku dan kasta.
Dan gerakan terakhir, dengan posisi tubuh seakan rukuk dengan kepakan tangan dan gerakan jari lentik penari, melambangkan keharmonisan ketika semua telah menyatu dalam perbedaan yang ada.
“Semua gerakan, dipadu padankan dan memiliki arti serta makna kebhinekaan, atau dalam bahasa Tidung, Impong De Lunas Insuai,” tegasnya.
Tarian, kemudian ditutup dengan Tari Semajau, sebuah tarian kebahagiaan yang biasa ditampilkan saat acara adat, pesta panen, serta perkawinan.
Semajau sendiri, berarti bergembira bersama. Tarian Semajau, juga menjadi ciri khas suku Murut.
“Tidak ada gerak khusus seperti tarian lain. Joget senyamannya saja sesuai iringan musik. Dan diakhiri dengan bergandengan tangan bersama, itulah sebuah kekompakan, dan kebersamaan,” kata Surai. (Dzulviqor)
