NUNUKAN – Rumput laut merupakan salah satu penopang sektor ekonomi unggulan khususnya bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Namun demikian, tidak banyak yang mengetahui siapa orang yang pertama kali memprakarsai budidaya rumput laut di wilayah perbatasan RI – Malaysia ini.
Menurut pengakuan, Mahmud (Lemu) salah satu tokoh masyarakat di desa Binalawan, Kecamatan Sebatik Barat, orang yang pertama kali memperkenalkan budidaya rumput laut adalah seorang perantau asal Sulawesi Selatan bernama Tamudin.
‘’Semua orang Sebatik mengenal rumput laut dari Pak Tamuddin, dulu dia malah disangka gila karena suka kumpul botol bekas di pinggir laut,’’ ujarnya, Minggu (21/11/2021).
Mahmud menuturkan, meski dianggap orang gila, Tamudin tak pernah perduli dengan penilaian masyarakat kepadanya saat itu.
Setelah ia membeli bibit rumput laut di Sulawesi, ia pelan-pelan merajut tali dan mengumpulkan botol bekas untuk pelampung agar tanamannya tidak tenggelam.
‘’Itu sekitar tahun 1990-an, warga Sebatik masih belum banyak yang tahu bagaimana cara menanam rumput laut,’’ lanjutnya.
Saat itu (tahun 1990) harga rumput laut berkisar Rp.7.000 per Kg, masyarakat sekitar mulai melirik pekerjaan ini.
Sejak itu, mulai banyak masyarakat yang malu menjuluki atau menyebut Tamuddin sebagai orang gila.
‘’Orangnya ndak pernah urus itu omongan orang yang mengatai dia gila, biasa saja dia, tetap memungut botol bekas di pinggir laut. Begitu bisa menjual dan dapat uang, banyak masyarakat ikut gila karena mencari botol bekas juga akhirnya,’’ katanya berkelakar.
Mahmud menambahkan, meski sukses memperkenalkan budidaya rumput laut, Tamudin belum pernah mendapatkan penghargaan.
‘’Orangnya tidak pernah dapat penghargaan, sekarang malah bukan kerja rumput laut lagi, malah jual tudai (kerang),’’ katanya. (Dzulviqor)
