NUNUKAN – Sejumlah pengusaha Agen Premium, Minyak dan Solar (APMS) di Pulau Sebatik, mendatangi kantor DPRD Nunukan, dan menyampaikan protes terkait mudahnya bahan bakar minyak (BBM) asal Malaysia ke wilayah mereka, Jumat (3/2).
Mereka mengutarakan, BBM asal Malaysia yang harganya lebih murah dari BBM Indonesia, mengancam eksistensi APMS di wilayah yang berbatasan langsung dengan negara jiran tersebut.
‘’Stok kita lama habis dan berpotensi pengurangan suplai karena pengambilan lebih lambat juga,’’ ujar salah satu juru bicara dan perwakilan pengusaha APMS Pulau Sebatik, Yuliana.
Kata Yuliana, pengambilan BBM ke Pertamina mengalami penurunan hingga 70 persen sejak November 2022 lalu.
Dia mencontohkan, APMS miliknya saat ini hanya mengambil 120 ton per bulan dari sebelumnya mencapai 300 ton per bulan.
‘’Turunnya pengambilan ini, tentu berpengaruh pada omset pajak juga, termasuk pajak angkutan. Jadi imbasnya bukan hanya ke pengusaha, melainkan ke Negara,’’ imbuhnya.
Selain itu, banyak juga pengusaha Pertashop yang mengambil stok di APMS Sebatik, mulai menutup usahanya, karena tidak mampu bersaing dengan harga bensin Malaysia yang jauh lebih murah.
Yuliana menyebut, BBM asal Malaysia dengan RON 98 atau kelas Pertamax, dijual eceran Rp 10.000 per liter.
Sementara harga Pertamax di APMS dibanderol Rp 13.300 per liter, dan akan menjadi Rp 15.000 per liter di tingkat pengecer.
‘’Kami mohon ini disikapi serius. Bukan tidak mungkin, akibat murahnya bensin Malaysia, Pertamina akan mengurangi suplay untuk Nunukan dan berimbas jauh pada kenaikan bahan pangan dan lainnya kalau terus terjadi,’’ kata Yuliana. (Dzulviqor).
