Connect with us

Hi, what are you looking for?

Nunukan

Tergiur Haji Murah Berujung Petaka, Kisah Pilu Jemaah Korban Penipuan Visa Amil di Tanah Suci

NUNUKAN, KN – Impian menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci berubah menjadi mimpi buruk bagi Dewi Sartika Abidin (41), warga Jalan Jamaker, Nunukan, Kalimantan Utara.

Ia tergiur tawaran paket haji murah dari teman dekatnya. Namun, Dewi justru terjebak dalam pusaran penipuan biro perjalanan haji dan umrah ilegal.

Dewi harus menjalani ibadah dengan dihantui rasa takut tertangkap otoritas Arab Saudi lantaran hanya mengantongi visa amil, sebuah visa pekerja yang disalahgunakan.

“Karena murah dan tidak menyangka akan ditipu oleh teman yang sudah saya kenal saja, makanya saya ikuti saja arahannya,” ungkap Dewi lirih, saat menceritakan pengalaman pahitnya kepada Kabar Nunukan pada Rabu (9/7/2025).

Dewi sejatinya sudah kembali ke Tanah Air sejak akhir Juni 2025. Ia awalnya berusaha mengikhlaskan kekecewaan atas perlakuan NR, temannya yang kini menjadi terlapor.

Namun, kesabarannya runtuh saat NR terus-menerus mengirimkan pesan berisi tagihan kekurangan biaya perjalanan haji sebesar Rp 40 juta.

“Jadi, tarif yang dikenakan NR itu Rp 240 juta. Saya baru membayar Rp 200 juta. Sebenarnya saya berusaha ikhlas meski di Saudi sana saya terus-terusan sembunyi takut dilihat polisi. Tapi karena ditagih terus, saya marah dan melapor kasus dugaan penipuan ke polisi,” tegasnya, menunjukkan kemarahan yang tertahan.

Dewi mengaku mengenal baik NR dan selalu berprasangka positif.

Meskipun sempat ragu dengan biaya haji yang jauh lebih murah dari standar, ia tak pernah menduga itu adalah modus penipuan.

Jejak Kecurigaan dan Visa ‘Packaging Worker’

Kecurigaan baru muncul ketika ia dan rombongan harus melakukan biometrik di Jakarta.

“Sempat juga teman bertanya, buat apa biometrik di Jakarta. Nah, tidak ada itu Jakarta (Kemenag) kasih keluar visa haji. Tapi biaya murah tetap jadi tawaran menggiurkan untuk berangkat ke tanah suci,” tuturnya.

Baca Juga:  25 Narapidana Lapas Nunukan Jalani Asimilasi Rumah

Ia pun mengaku tak memahami detail visanya, “Saya juga tidak paham karena tulisan visa itu bukan bahasa Indonesia.”

Terungkap kemudian, NR memberangkatkan 29 calon jemaah haji dari berbagai provinsi melalui travel bernama ‘Nebi Matuju’.

Dewi menyebut travel tersebut tak berizin haji dan umrah. Ia mulai berangkat dari Nunukan pada 14 Mei 2025, namun tertahan di Tarakan selama empat hari.

Selanjutnya, kelompok Dewi diterbangkan ke Surabaya dan kembali “tertahan” selama dua minggu menunggu visa keluar.

“Begitu visa keluar, tulisannya packaging worker. Itu visa buat pekerja. Tapi karena lebih 20 orang yang berangkat, saya ikut saja,” jelasnya, mengenang keputusannya yang berbuah fatal.

Perjalanan Penuh Sembunyi dan Wukuf dalam Ketakutan

Keputusan Dewi dan rombongan berbuah fatal. Pemberangkatan dari Surabaya menuntut mereka mencari celah untuk lolos dari pantauan petugas keamanan.

Dari Surabaya, mereka diterbangkan ke Batam/Riau, lalu diseberangkan ke Singapura.

Perjalanan berlanjut dengan bus jalur darat menuju Penang, Malaysia, sebelum akhirnya diterbangkan ke Abu Dhabi, Riyadh, dan berlanjut ke Jeddah.

“Di sana, kami disembunyikan dalam bagasi barang bus besar. Kita 29 orang meringkuk dan hanya diam di dalam bagasi,” kenang Dewi dengan nada getir.

Para jemaah “ilegal” ini hanya bisa keluar dari persembunyian saat jemaah haji lain selesai melaksanakan rukun haji.

Di penginapan pun, mereka tak diizinkan keluar dan tak pernah mengintip dari gorden kamar yang selalu tertutup rapat.

“Kami pernah diturunkan sopir bus katanya sampai Arafah tapi tidak tahu di mana. Jadi, kondisi kami dimanfaatkan betul oleh mereka,” sesalnya.

Puncak kepedihan dirasakan saat wukuf di Arafah.

“Bahkan saat wukuf, kami keluar setelah jemaah haji di Arafah selesai. Saat petugas keamanan tinggal sedikit, dan kami membuka sendiri portalnya, baru melaksanakan wukuf,” tutur Dewi.

Baca Juga:  Masuk Malaysia Demi Judi Sabung Ayam, 17 WNI Diamankan Polis Malaysia

Sebuah momen sakral yang seharusnya penuh kekhusyukan, justru dijalani dalam bayang-bayang ketakutan dan sembunyi-sembunyi.

Sadar ibadahnya tak sesuai dengan rukun haji yang seharusnya, Dewi berusaha memperbaikinya dengan mendaftar umrah melalui travel resmi.

Pengalaman pahit ini menjadi pelajaran berharga baginya.

“Sudah cukup yang kemarin jadi pelajaran. Saya segera melapor kasus ini ke polisi, supaya tidak ada korban lain,” tutup Dewi, berharap kasusnya dapat menjadi peringatan bagi masyarakat agar tak mudah tergiur tawaran haji murah yang justru menjebak. (Dzulviqor)

Loading

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Kabar Lainnya

Nunukan

Polisi Selidiki Kejanggalan di Perusahaan Plat Merah

Nunukan

NUNUKAN – Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Nunukan, merilis hasil investigasi kasus hilangnya uang nasabah bernama Betris, senilai kurang lebih Rp. 384 juta, Selasa,...

Hukum

Menanggapi keterlibatan dua angotanya, Syaiful menegaskan, tidak ada toleransi bagi anggotanya yang terlibat penyalahgunaan narkoba.

Olahraga

NUNUKAN – Sabri, salah satu Atlet panjat tebing asal Nunukan, yang pernah meraih medali emas (perorangan) pada PON XVII 2012 di Riau, Perunggu (perorangan)...