NUNUKAN – Penaikan harga cabai rawit jelang Natal dan Tahun Baru 2022 di Kabupaten Nunukan terjadi secara intens.
Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri (PPDN) Dinas Perdagangan Nunukan, Syamsul Daris mengatakan penaikan harga, memang sudah tradisi menjelang Nataru.
‘’Pemda Nunukan segera turun ke pasar untuk melakukan pendataan dan memastikan kuota kebutuhan sayur untuk masyarakat,’’ ujarnya, Senin (20/12/2021).
Syamsul mengaku Pemda Nunukan tidak bisa melakukan kontrol harga atau memberi kemudahan warga perbatasan dengan membuka pasar murah.
Menurutnya, kenaikan yang terjadi, memang sudah tradisi dan menjadi ritual jelang Nataru setiap tahun.
Dia menjelaskan faktor yang mendasari terjadinya lonjakan harga diantaranya karena jadwal kedatangan kapal swasta yang sering terkendala cuaca bahkan doking, sehingga kedatangan sering tak sesuai jadwal.
Selain itu, pasokan dari wilayah Jawa (Bulog) juga tidak banyak membantu karena jika berbicara harga, masih kalah dengan sembako dari Sulawesi atau Malaysia.
‘’Sembako dari Jawa harganya mahal sampai Nunukan. memang dari Jawa murah, misalkan gula, dibanderol Rp. 12.000, itu harus nambah biaya kapal, belum bayar buruh untuk packing, begitu siap jual harganya bisa sampai Rp. 17.000. sementara gula dari Sulawesi Rp.14.000 dan dari Malaysia tak sampai segitu,’’ kata Syamsul.
Beruntungnya Kabupaten Nunukan masih ditopang oleh perdagangan tradisional yang menjadi jaminan ketersediaan stok barang di perbatasan RI – Malaysia ini.
‘’Memang kenaikan harga jelang Nataru bisa dikategorikan hukum pasar, permintaan tinggi, pembeli banyak. Tapi kalau untuk menekan harga, kami tidak akan bisa. Paling kami hanya memastikan stok tetap ada saja,’’ tegasnya. (Dzulviqor)
