NUNUKAN – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nunukan Kalimantan Utara merayakan hari maulid atau kelahiran nabi besar Muhammad SAW, Minggu (7/11/2021).
Acara religi tersebut digelar di Sekretariat PKS di jalan Angkasa Nunukan Timur, melibatkan para Asatidz, pengurus Forum Umat Islam (FUI) Nunukan, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Nunukan serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nunukan.
Hadir juga para legislator, ada anggota DPRD Provinsi Kaltara Khoruddin, juga Anggota DPRD Nunukan, masing-masing, Burhanuddin dan Andi Krislina.
Ketua panitia Andi Yaqub mengatakan, perayaan maulid nabi di tengah pandemi COVID-19 ini memiliki pesan kuat dimana apapun kondisinya, ummat Islam harus selalu bersholawat kepada nabinya.
‘’Nabi Muhammad memberikan ketauladanan dan Uswatun Hasanah (contoh yang baik). Ketauladanan terhadap Beliau, dituangkan dalam banyak kitab dan buku-buku hadits. Itu yang menjadi penekanan dalam perayaan kali ini,’’ ujarnya.
Yaqub mengatakan, PKS sebagai partai dakwah selalu mengingatkan ummat Muslim untuk mencintai nabinya. Dalam mencinta, tentunya dibutuhkan pembuktian dan komitmen.
Ada empat cara untuk membuktikan itu, yang pertama mengikuti dan membenarkan apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, kedua, mengikuti apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, ketiga, meninggalkan semua hal yang dilarang oleh Nabi Muhammad SAW dan keempat, tidak beribadah kecuali dengan cara yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
‘’Masyarakat kita hari ini jarang berinteraksi dengan literasi yang berkaitan dengan Nabi. Maka momentum Maulid ini, kita jadikan halaqoh/forum warga, untuk mengingat napak tilas perjuangan Nabi Muhammad SAW, juga akhlaq beliau agar menjadi panutan dan pedoman dalam hidup,’’ jelasnya.
Andi Yaqub menegaskan, anak-anak generasi milenial khususnya butuh pendidikan agama yang baik.
Ketika mereka hanya mendapat pendidikan formal, hanya kecerdasan yang mereka dapatkan, sementara adab, etika dan akhlaq mereka tidak punyai.
Bagi Andi Yaqub, esensi pendidikan haruslah mencakup dua hal tersebut, karena reformasi mental saja tidak akan pernah cukup tanpa agama sebagai penyeimbang tatanan hidup manusia.
‘’Untuk itu, kita jadikan momentum ini kembali meningkatkan rasa cinta terhadap Nabi Muhammad SAW. Rasa itu bukan hanya di mulut tapi juga mencontoh perbuatan Rosululloh atau ittiba’. Agama yang memberi rasa kemanusiaan, karena kalau hanya kecerdasan tanpa akhlaq, apa bedanya manusia dengan iblis?,’’ katanya. (Dzulviqor)