Site icon Kabar Nunukan

Heboh Pemuda di Nunukan Mengamuk Hendak Bakar Ibunya, Dinsos : Diduga Dalam Pengaruh Obat Obatan Narkotika

NUNUKAN – Seorang pemuda di Nunukan, Kalimantan Utara, MH (19) diamankan Polisi, lantaran mengamuk dan membakar semua pakaian ibunya, di malam Natal 2023.

Masyarakat di areal Pelabuhan Tunon Taka, kemudian heboh, karena di pemuda yang diduga sakau/dalam pengaruh narkoba, berusaha memukul ibunya.

Santer beredar kabar, kalau si pemuda, juga berusaha membakar ibunya, SR (58).

‘’Si anak sempat merebut Hp ibunya, dan membantingnya ke lantai. Sempat mencoba memukul ibunya tapi tidak kena. Banyak baju ibunya dibakar di dalam rumah, sebagian dibawa keluar, dan dibakar juga,’’ujar Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Nunukan, Faridah Aryani, Rabu (27/12/2023).

Ulah MH yang dilakukan di rumah kontrakan di wilayah hukum Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Tunon Taka Nunukan, ini pun membuat pemilik kontrakan panik, dan berlari melapor ke Polisi.

Tingkah tak biasa si pemuda, membuat Polisi sempat menduga ia mengalami gangguan jiwa, dan dilakukan pengamanan dengan pengawasan melekat.

MH, berada di Mapolsek KSKP semalaman, dan diserahkan pada Selasa (26/12/2023), saat kantor pemerintah kembali beraktivitas pasca libur Natal.

Faridah mengaku tidak menemukan bukti si pemuda yang santer diisukan akan membakar ibunya.

Aksinya membakar semua baju ibunya, merebut Hp kemudian membantingnya, serta dugaan hendak menganiaya ibunya, semua dilakukan dibawah sadar, dalam pengaruh obat terlarang.

‘’Kami tidak berani mengatakan dia akan membakar ibunya, karena memang saat dia mengamuk itu kondisinya tidak sadar karena menurut informasi yang kami dapat, dia mengkonsumsi obat narkotika. Kami masih lakukan pendalaman apakah benar si pemuda berusaha membakar ibu kandungnya,’’ jawabnya.

Akibat tidak diberi uang ibunya

Dituturkan Faridah, MH, merupakan WNI kelahiran Malaysia. Ia dibesarkan ibunya yang merupakan TKI asal Manado, dan telah lama tinggal di Malaysia.

Ayah MH, meninggal saat usianya masih kecil. Akibatnya, MH hanya bersekolah sampai kelas 2 SD.

‘’MH tidak bisa membaca. Ada kesalahan pola asuh, dimana ibunya selalu memberinya uang. Jadi kejadian dia mengamuk dengan membakar semua baju ibunya, merupakan imbas dari pola asuh yang salah tersebut. MH mengamuk karena tidak dikasih uang ibunya,’’ jelasnya.

Dari wawancara yang dilakukan petugas Dinas Sosial, si pemuda merupakan deportan Malaysia pada 2021, dengan kasus narkoba.

MH, dipulangkan ke kampung halamannya di Manado. Hanya saja, karena ia besar di Malaysia, dan ibunya juga ada di Malaysia, MH tidak akrab dengan saudaranya.

‘’Ibunya yang bekerja sebagai penjual buah di Malaysia, kemudian meminta keluarganya mencarikan rumah sewa. Jadi MH selama di Manado tinggal di rumah kontrakan yang dibayar ibunya melalui transfer setiap bulan,’’ katanya lagi.

Paspor sang ibu di blacklist Pemerintah Malaysia

Hidup sendirian di negeri orang, terlebih masuk secara ilegal, membuat SR menjadi sasaran razia aparat Malaysia.

SR yang selama ini masuk melalui jalur tikus, dan sering bergonta ganti nama dalam paspor terjaring razia pendatang haram.

Paspornya, juga diblacklist oleh pemerintah Malaysia, sehingga ia dilarang masuk ke negeri jiran tersebut.

‘’Padahal selama ini dia sudah nyaman karena penghidupannya di Malaysia sana. Ia hidup dari menjual buah buahan. Tapi itulah risiko masuk ilegal. Saat ini, nama SR masuk daftar hitam, dan kalau nekat masuk, akan berisiko ditangkap dan dijebloskan penjara Malaysia dengan tuduhan pencerobohan Negara,’ ’sambung Faridah.

Di Nunukan, SR masih memikirkan hidup anaknya yang sendirian di Manado. Ia pun mengirim uang agar anaknya datang ke Nunukan.

SR menjemput anaknya di Kota Tarakan, untuk dibawa ke Nunukan, dan menempati rumah kontrakan, dengan biaya sewa Rp 350.000 per bulan.

Terdesak dengan kondisi ekonomi, di usia senjanya, SR terus berusaha mencari pekerjaan.

Ia pun diterima sebagai pelayan salah satu rumah makan di Jalan TVRI.

Demi si anak, ia harus berangkat kerja berjalan kaki lumayan jauh, dan memohon pemilik rumah makan meminjaminya uang Rp 50.000 setiap harinya.

‘’Uang itu untuk anaknya. Rokok anaknya rokok mahal, jadi ibunya terpaksa meminjam Rp 50.000 setiap harinya.’’ tuturnya.

Dengan usia 58 tahun, SR tentunya tak sekuat masa mudanya. Iapun kelelahan dan keluar dari pekerjaannya.

Karena menganggur, ia tak memiliki pemasukan, sampai kemudian terjadi peristiwa malam Natal, yang menggegerkan warga sekitar.

‘’Saat ini, keduanya kita titipkan di selter pemberdayaan perempuan. Selanjutnya akan kita tempatkan di RPTC. Kondisi si pemuda juga sudah normal pasca disuntik obat penenang,’’ lanjut Faridah.

Akan dipulangkan ke Manado

Saat normal, si pemuda terlihat sangat dekat dan sayang ibunya. Ia juga merangkul ibunya dan menyatakan rasa sayangnya.

‘’Si anak ini kecanduan narkotika, harus ada upaya agar dia lepas dari pengaruh obat terlarang itu,’’ jelasnya.

DSP3A Nunukan, sedang mengupayakan pemulangan keduanya ke Manado.

Nantinya, mereka akan berada di lingkungan keluarga, yang tentunya lebih terjamin dan berada dalam pengawasan pihak keluarga.

DSP3A Nunukan juga akan menembuskan hasil asessmen MH, termasuk persoalan si pemuda yang candu narkoba.

‘’Kita segera koordinasi dengan Dinas Sosial di Manado, agar SR diberi modal usaha, dan penanganan lanjutan untuk anaknya. Kalau di Nunukan, tidak mungkin dia terus terusan tinggal di RPTC. Kalau ada apa apa, tidak ada keluarganya. Terlalu berisiko. Jadi opsi kami adalah dipulangkan, dan diberi modal untuk membuka usaha di kampungnya,’’ tutup Faridah. (Dzulviqor)

Exit mobile version