Site icon Kabar Nunukan

Tiga Karhutla Terjadi di Nunukan, Diperkirakan Lebih 5 Hektar Lahan Ludes Oleh Amukan Api

NUNUKAN – Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), sedang menjadi sorotan dan keluhan warga Nunukan, Kalimantan Utara.

Musim kekeringan yang terjadi sejak akhir 2023, diperparah dengan 3 peristiwa kebakaran lahan di daerah perbukitan Mansapa, Nunukan Selatan.

‘’Kita mencatat ada tiga kasus Karhutla, yang semuanya terjadi di Nunukan Selatan. Dengan luasan lahan yang cukup luas, dimana ada satu terduga pelaku yang diserahkan ke Polisi,’’ ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, Arif Budiman, Rabu (31/1/2024).

Arif belum bisa menjelaskan secara pasti, berapa total luasan lahan yang terbakar. Saat ini, areal lahan yang terbakar, baru saja padam sepenuhnya.

Kendati demikian, bekas kebakaran masih mengeluarkan asap, sehingga mengganggu sensor drone, yang mempengaruhi akurasi pengukuran luasan lahan yang terbakar.

Informasi yang diperoleh awak media di lapangan, luasan yang terbakar mencapai lima hingga sepuluh hektar.

‘’Untuk luasan lahan terbakar, ini sifatnya agak sensitif karena kita sering mis. Terutama saat ada kasus yang masuk ranah polisi, angkanya harus akurat, sehingga pengukuran lahan terbakar, kita sepakati dilakukan oleh UPTD Kesatuan Pengelola Hutan (KPH). Yang pasti, cukup luas yang terbakar,’’ jelasnya.

‘’Kebetulan sampai hari ini, lahan terbakar masih berasap, dan kita masih menunggu juga data luasan yang ril,’’ tambahnya.

Lanjut Arif, tiga kasus karhutla yang terjadi, diduga kuat akibat kesengajaan.

Kasus pertama, terjadi di lahan kebun milik Sulaiman, di Jalan Poltek, Nunukan Selatan, pada Selasa (23/1/2024). Diperkirakan 2 hektar lahan ludes terbakar.

Kasus kedua, terjadi Minggu (28/1/2024) di Bukit Sejoli, Mansapa, Nunukan Selatan. Dua bukit yang salah satunya biasanya menjadi areal perkemahan ini, gundul akibat kebakaran tersebut.

Petugas cukup kesulitan melakukan pemadaman di wilayah ini, karena selain daerah perbukitan dan menanjak, terdapat ngarai curam.

‘’Petugas harus berputar mencari jalan menuju titik api. Tidak ada jalan yang bisa dilalui kesana, kita terabas dengan mendaki dan berjalan kaki. Makanya pemadaman dilakukan sampai dua hari,’’ kata Arif.

Dan kasus terakhir, terjadi pada Selasa (30/1/2024), di Kampung Timur, Mansapa, Nunukan Selatan.

Di lokasi terakhir yang medannya tak kalah sulit dengan Bukit Sejoli, petugas menemukan terduga pelaku pembakar lahan.

Si pelaku, bahkan nyaris diamuk warga yang emosi, karena hasil kebun yang sudah siap panen, ikut terbakar.

Arif menuturkan, kobaran api merambat cepat karena angin kencang. Sampai akhirnya membakar pohon-pohon durian yang sudah berbuah, termasuk puluhan pohon petai yang siap panen.

‘’Itulah warga yang lahannya ikut terbakar emosi, dan hampir melakukan penganiayaan. Ada Babinsa yang mendinginkan suasanya, dan menyerahkan pelaku ke Polisi,’’ lanjutnya.

Semua upaya pemadaman, dilakukan secara manual. Para petugas, mendaki bukit dengan alat semprot manual berisi air 20 liter, dan berkumpul di satu titik untuk menyemprot nyala api.

Begitu sekat api terbuat, petugas kembali pindah ke titik api lain untuk memadamkan api, dan begitu seterusnya.

Arif kembali mengimbau agar warga Nunukan tidak membuka lahan dengan membakar.

Pembakaran lahan, berpotensi meluas dan membahayakan kelestarian hutan.

‘’Mohon dipahami, ada sanksi pidana terkait pembakaran lahan. Nanti ketika sampai terjadi ada pemilik lahan atau penjaga kebun yang diamankan polisi, hukumannya tidak ringan. Setop membuka lahan dengan membakar,’’ imbaunya. (Dzulviqor)

Exit mobile version