NUNUKAN, KN – Hidup seolah menjadi pertaruhan bagi para pekerja rumput laut di Kampung Mamolok, Nunukan, Kalimantan Utara. Di tengah harga yang tak kunjung membaik, mereka kini harus menghadapi ancaman maut setiap kali mencari nafkah.
Pada Rabu (3/9/2025), seekor buaya tiba-tiba menyerang seorang pekerja hingga nyaris kehilangan nyawanya. Saat itu, korban sedang mencuci tali pengikat bibit rumput laut di laut.
Tanpa disangka, buaya muncul dari dalam air dan langsung menerkamnya. Menurut kesaksian warga Mamolok, Kamaruddin, buaya itu sempat memutar dan menggulingkan korban sebelum warga lain datang menyelamatkannya.
”Beruntung air sedang surut, jadi lukanya tidak terlalu parah, hanya di bagian kaki,” tutur Kamaruddin saat dihubungi pada Kamis (4/9/2025).
“Buaya itu sempat memutar dan menggulingkan dia, sebelum akhirnya warga lain menyelamatkannya.” tambahnya.
Setelah kejadian itu, warga segera melarikan korban ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.
Dilema Warga di Tengah Ancaman Habitat Buaya
Peristiwa ini menambah panjang daftar kecelakaan akibat serangan buaya. Kama, sapaan akrab Kamaruddin yang juga tokoh masyarakat, mengungkapkan keprihatinannya. Ia merasa habitat buaya di Kampung Mamolok telah menjadi ancaman nyata bagi para pembudidaya rumput laut.
”Harga rumput laut sudah murah, kami masih harus berhadapan dengan maut setiap hari,” keluhnya.
“Kami baru berani mencuci tali rumput laut saat air surut, namun buaya tetap menyerang.” katanya.
Kama meminta agar semua pihak memberi perhatian khusus pada kasus ini. Ia menuturkan, jumlah buaya terus bertambah, bahkan masyarakat bisa menemukan telur-telurnya di bawah lantai jemur rumput laut.
Pemerintah sempat menggembar-gemborkan janji peninjauan dan rencana penangkaran buaya, namun menguap begitu saja.
”Mohon berikan solusi untuk mengatasi populasi buaya yang semakin banyak di Mamolok,” pintanya.
Masyarakat Meminta BKSDA Turun Tangan dan Mempertanyakan Prioritas Nyawa Manusia.
Menanggapi kejadian ini, Anggota DPRD Nunukan, Mansur Rincing, mendesak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) agar turun langsung dan melihat kondisi di Kampung Mamolok secara menyeluruh.
”BKSDA, tolong turun langsung ke Nunukan dan lihat banyaknya buaya di sana. Masyarakat kami harus mempertaruhkan nyawa demi menyambung hidup dengan bekerja rumput laut. Kasihan mereka,” kata Mansur dengan nada prihatin.
Mansur juga menyoroti dilema yang dihadapi masyarakat karena status buaya sebagai satwa dilindungi. Hukum mengikat masyarakat untuk tidak membunuh buaya, namun di sisi lain, keselamatan mereka terancam.
”Jika satwa yang dilindungi menyerang manusia, apakah nyawa manusia tidak dilindungi juga?” tanyanya.
Ia menekankan, masalah ini membutuhkan pemikiran serius dan solusi konkret yang melibatkan semua pihak.
“Memang ini butuh pemikiran serius. Kita perlu duduk bersama untuk mengurai masalah habitat buaya yang mengancam kehidupan masyarakat,” tutupnya. (Dzulviqor)

