NUNUKAN – Kontingen Etnies Agabag, memeriahkan Benuanta Fast 2023, dalam perayaan HUT 11 Kaltara, di Tanjung Selor, Kalimantan Utara.
Koordinator Kontingen Agabag, Jukili, mengatakan, sejumlah kesenian dan tradisi Agabag, dieksplore sedemikian rupa oleh putra putri Agabag yang berasal dari 7 Lembaga Adat Besar Agabag.
‘’Ada penampilan Kukuy, ada Tari Gong yang diperankan oleh mahasiswa dan pelajar Forum Agabag Nunukan. Juga Sumazau, yang dibawakan oleh artis artis Agabag, Manroy dan Ras Batikin yang berjudul ‘Kaltara di Hati’ menggunakan Bahasa Umum,’’ ujarnya, Jumat (3/11/2023).
Jukili mengatakan, penampilan anak anak Agabag, dimulai dengan melantunkan prosesi Adat Lumulu.
Selanjutnya, prosesi ritual doa adat menggunakan sabak (sesajian) yang dipimpin Kepala Adat Besar Agabag, Pangeran Bakumpul.
‘’Ritual ini, bermakna sebagai doa pada para pemimpin bangsa, dan secara khusus pemimpin Kaltara dan Kabupaten Nunukan,’’ jelasnya.
Selain doa kebaikan, ritual doa adat, juga sebagai bentuk penyapaan kepada leluhur, dan permohonan kepada sang pencipta, agar semua kontingen diberkati, diberi kesehatan dan keselamatan.
Sementara itu, Ketua Intelektual Dayak Agabag, Alson, mengatakan, tampilan budaya Agabag yang ditunjukkan, sarat dengan makna.
Alson mengapresiasi Pemerintah Daerah yang memberikan kesempatan etnies-etnies di Kaltara untuk mengeksplore budayanya.
Salah satu tradisi yang ditampilkan, Kukuy, sudah masuk dalam rekor MURI pada acara Ilau Agabag ke-9 tahun 2022 lalu.
‘’Kukuy sangat relevan sekali ditampilkan putra putri Agabag menggunakan bahasa alam. Bahasa halus dan bermakna tinggi, yang mengandung arti sangat sakral,’’ kata dia.
Lantunan Kukuy, merupakan linguistik tradisional primitif. Dimana setiap bait syair Kukuy, banyak kisah kehidupan nenek moyang Agabag di masa lampau.
Seperti kehidupan di zaman perang (mengayau), kehidupan sosial budaya, mencari nafkah, kondisi ekonomi, dan masa masa sulitnya kehidupan kala itu.
Begitu juga tarian Gong, yang merupakan perpaduan gerak tradisional modern yang digagas anak anak Agabag, menjadi tari yang seakan membawa unsur magis dan menghadirkan para leluhur.
‘’Dan saat ini, anak anak muda Agabag, mencoba melestarikannya agar tidak punah ditelan zaman,’’ imbuhnya.
Anak-anak Agabag, menutup penampilan mereka dengan bersumazau, dan membuat Kadis Pariwisata ikut tampil menikmati Sumazau dengan terus mengikuti gerakan para penari. (Dzulviqor)