NUNUKAN – Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mencatat jumlah pengidap HIV periode Januari hingga April 2024 sebanyak 10 orang.
Angka tersebut, bukan hanya terjadi pada usia dewasa, tapi terdapat bayi yang tertular HIV dari orang tuanya.
‘’Ada 10 kasus HIV Aids yang kita temukan tahun 2024. Rentang usianya mulai bayi, hingga usia 50 tahun,’’ ujar Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Nunukan, Nur Madia, Rabu (29/5/2024).
Kata dia, kasus HIV Aids, masih didominasi akibat seks bebas, dan hanya satu kasus yang merupakan penularan ibu ke bayi.
Aktivitas seks bebas, terjadi di sejumlah lokalisasi yang ada di Kabupaten Nunukan, khususnya di Tempat Hiburan Malam (THM) di wilayah Kecamatan Sebuku.
Selain itu, kasus HIV yang tercatat berasal dari komunitas Lelaki Suka Lelaki (LSL), bahkan dua calon pengantin (Catin) dari Nunukan dan Pulau Sebatik.
‘’Penyebabnya mayoritas seks bebas. Kebetulan Dinas Kesehatan aktif melakukan skrining ke beberapa lokalisasi termasuk wilayah Sebuku. Para Wanita Penjaja Seks/WPS, masih dominan terkena HIV,’’ sebutnya.
Lanjutnya, pihaknya juga terus mencermati beberapa panti pijat, serta mengawasi ketat komunitas LSL atau Lesbian, karena kedua komunitas ini rawan HIV.
‘’Kalau LSL ada perpindahan cairan sperma, jadi lebih potensial ketimbang lesbian dalam penularan HIV,’’ jelasnya.
Lebih jauh, Nur Madia mengungkapkan, angka kasus HIV Aids di Nunukan, cenderung meningkat jika melihat grafik tiga tahun belakangan.
Pada Tahun 2022, tercatat 31 kasus, naik drastis di tahun 2023 dengan 42 kasus.
‘’Kalau 2024, masih 10 kasus, dan tidak ada jaminan kasusnya tidak naik. Sebagai contoh saja, setiap tiga bulan kami turun skrining ke Sebuku, jumlah THM bertambah. Beruntungnya, semua THM ada dalam satu area, sehingga memudahkan petugas melakukan pengecekan,’’ jelasnya.
Nur Madia mengatakan, petugas selalu membekali diri dengan alat kontrasepsi untuk dibagikan kepada para wanita penjaja seks.
Termasuk memberikan obat bagi mereka yang dinyatakan positif HIV Aids.
‘’Kendalanya adalah mereka yang positif HIV, biasanya hilang saat kami kembali datang skrining. Untuk itu, kami terus melakukan sosialisasi bahaya Aids, edukasi seks sejak dini, pentingnya penggunaan kondom, dan kita intens pendataan. Selain HIV, kita juga temukan banyak kasus sipilis,’’ kata Nur Madia. (Dzulviqor)