NUNUKAN – Mengisi pergantian Tahun Baru 2023, ribuan warga perbatasan RI – Malaysia di Nunukan, Kalimantan Utara, memadati sebuah areal perkebunan dan peternakan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nunukan.
Tak hanya dari wilayah Pulau Nunukan saja, para pengunjung juga ada yang berasal dari Pulau Sebatik, Seimanggaris, Sebuku, bahkan dataran tinggi Krayan.
Mereka rela menyeberangi laut untuk menikmati panorama dan sebuah lahan yang awalnya ditujukan untuk Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) bagi para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Nunukan (Lanuka) ini.
‘’Kita mencatat ada sekitar 3.444 pengunjung dewasa yang berwisata di SAE Lanuka. Itu belum termasuk anak-anak. Kalau dihitung semua, jumlah pengunjung bisa mencapai hampir 5000 orang,’’ ujar Kalapas Nunukan, I Wayan Nurasta Wibawa, Senin (2/1/2023).
Wayan menjelaskan, di areal wisata itu, ada 16 narapidana yang bertugas untuk mengurus dan membersihkan tempat tersebut.
SAE Lanuka, memiliki luas sekitar 16,6 hektar. Terdapat kebun sayur mayur, antara lain, kangkung, sawi, cabai rawit, jagung, pisang.
Selain itu, ada juga peternakan ayam dan kandang sapi, hingga perkebunan kelapa sawit.
Para pengunjung, akan disuguhi pemandangan unik dengan kemasan berbeda dibanding destinasi wisata lain, yang tentunya menjadi obyek swafoto yang cukup menarik.
‘’Masuk SAE Lanuka, kita akan menanjak bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter. Ada 100 anak tangga dengan kanan kirinya kita desain wahana baru, masyarakat akan di manjakan dengan relief sejarah penjara, dari zaman dulu sampai sekarang (Kepenjaraan- Pemasyarakatan), juga ornament yang khas dengan Kalimantan agar pengunjung tidak merasa jenuh saat menuju puncak,’’ jelasnya.
Dia menambahkan, keberadaan tiga senjata khas Kalimantan, masing-masing, tombak, tameng dan Mandau yang dikenal dengan Tugu Mandau dengan tinggi sekitar 12 meter di puncak bukit, seakan menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan lelah pengunjung.
Di puncak bukit tersebut, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan Nunukan dan Pulau Sebatik, bahkan Tawau – Malaysia.
‘’Banyak sekali yang sengaja menunggu sunset di Tugu Mandau. Memang pemandangan di puncak SAE Lanuka, terasa lain saat sore. Seakan berada di ketinggian tertentu dengan bonus cahaya kemerahan di langit saat matahari terbenam,’’ katanya lagi.
Selain sebagai tempat wisata dan membina warga binaan yang menjalani masa Asimilasi, SAE Lanuka juga menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya kita mencintai budaya bangsa sendiri dalam hal ini budaya masyarakat Kalimantan.
Untuk sajian keindahan tersebut, Lapas Nunukan menarik retribusi Rp. 5000 untuk setiap pengunjung dewasa.
‘’Antusiasme masyarakat cukup tinggi sejak SAE Lanuka dibuka untuk umum. Itu dari Lapas menuju Tugu Mandau itu sekitar 900 meteran, menanjak juga jalannya. Tapi karena sudah jadi fenomenal, yang berkunjung lebih seribu orang tiap minggunya,’’ kata Wayan.
Sejauh ini, Lapas Nunukan sudah banyak memiliki produk komersil. Selain SAE Lanuka yang tengah viral di Nunukan, ada juga hasil kebun sayur, ataupun hasil ternak yang dijual ke pasar.
Produk kuliner seperti roti, tempe, sampai batik khas Nunukan, Lulantatibu, juga diproduksi aktif dalam Lapas.
‘’Jadi Lapas Nunukan termasuk menjadi salah satu pemasok bahan makanan untuk Nunukan juga,’’ tambahnya.
Wayan juga menegaskan, hasil produk Lapas, semua menyumbangkan pajak untuk Negara.
‘’Lapas Nunukan juga menyumbangkan pajak ke Negara. Contohnya, dari harga karcis Rp 5000, itu Rp 1000 untuk PNBP. Sisanya untuk premi WBP dan untuk operasional. Tahun 2022, PNBP yang kita hasilkan sekitar Rp 27 jutaan. Targetnya Rp 25 juta,’’ jelasnya. (Dzulviqor)