Site icon Kabar Nunukan

Puluhan Tahun Belum Miliki Akses Jalan Layak, Jenazah Warga Digotong Beramai Ramai Menempuh Puluhan Kilometer Lewat Hutan

NUNUKAN – Sejumlah warga kampung Wa’yagung, Kecamatan Krayan Timur, Kabupaten Nunukan, terpaksa menggotong jenazah sejauh dua puluh kilometer, akibat buruknya akses jalan di daerah tersebut, Kamis (14/7) kemarin.

Salah seorang tokoh masyarakat Krayan Timur, Kornelius mengaku prihatin dan gerah atas kondisi yang terus saja terjadi dan tidak pernah ada perubahan, sejak Indonesia merdeka.

‘’Kasus jenazah warga Krayan digotong beramai ramai, menembus hutan dengan jalanan kerbau penuh lumpur terus terjadi. sampai kapan masalah ini terbiar? Dimana hati nurani kita melihat peristiwa yang selalu saja terulang begini,’’ ujarnya, Jumat (15/7).

Memang, kasus menggotong orang sakit maupun meninggal dunia di Krayan sudah seringkali terjadi.

Ironisnya, upaya untuk memperbaiki akses jalan sampai saat ini masih minim perhatian.

‘’Sampai kapan ini terjadi? bukannya ada anggaran untuk perbaikan pembangunan jalan? Beberapa tempat terlihat jalanan dibuka da nada bekas traktor. Jadi kesenjangan pembangunan di Krayan masih terjadi,’’ tegasnya.

Kornelius berharap ada kontrol dan kepedulian atas kondisi warga perbatasan RI – Malaysia yang terus saja dalam keterisoliran.

‘’Yang ingin saya katakan, kalau ada pembangunan, kalau ada anggaran digelontorkan ke wilayah Wa’Yagung khususnya, tolong kawal, jangan sampai peristiwa ini terus saja terbiar tanpa adanya perhatian,’’ kata Kornelius.

Tanggapan Camat Krayan Timur.

Terpisah, Camat Krayan Timur, Liantoni, mengakui jika akses jalan pada beberapa desa di pedalaman hutan Krayan, seperti Wa’yagung dan Bungayan masih sangat sulit dilewati.

Jalanan di wilayah tersebut dikenal sebagai jalanan kerbau, karena sangat berlumpur dan menjadi kubangan kerbau warga setempat.

‘’Aktivitas warga menggunakan kerbau. Mereka ambil barang atau belanja dengan kerbau. Termasuk mengangkut orang sakit juga kadang kadang menggunakan jasa kerbau, selain digotong dengan usungan tentunya,’’ kata Liantoni.

Dia menambahkan, identitas warga yang jenazahnya digotong beramai-ramai oleh warga setempat bernama Amos yang meninggal dunia di RSUD Malinau.

Untuk membawa almarhum kembali ke desa Wa’Yagung, keluarga harus menyewa pesawat dari Malinau ke Krayan dengan biaya sebesar Rp. 14 juta.

Dari Bandara Krayan, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobil menuju desa Long Umung.

Setibanya di Long Umung, warga Desa Wa’yagung atau Bungayan, akan menjemput jenazah dengan tandu, dan mengusungnya bergantian melewati hutan yang biasanya ditempuh selama satu hari perjalanan.

Liantoni menjelaskan. proses pembuatan akses jalan ke dua desa dalam hutan di Krayan, telah berlangsung mulai 2017.

‘’Hanya saja memang tidak pernah selesai karena kendala jembatan gantung diatas sungai yang memiliki lebar sekitar seratusan meter. Tahun ini, ada juga rencana pembangunan jalan. Kita hanya bisa berharap, pembangunan bisa dilakukan dan keterisoliran masyarakat terurai perlahan,’’ kata dia. (Dzulviqor)

Exit mobile version